Lagu Pengantar Tidur Mayat

Hideyo Sakura
Chapter #11

Pertemuan Rahasia

Sinar matahari pagi perlahan menembus tirai kabut tipis, menerangi kompleks pesantren dengan cahaya hangatnya yang lembut. Suara alam, dari kicauan burung hingga desiran angin yang lembut, menyatu harmonis, menciptakan latar belakang musikal yang menenangkan. 

Usai senam pagi, para santri kembali ke asrama dengan penuh semangat untuk bersiap-siap mengikuti kajian akbar. Di antara kegembiraan dan keceriaan, Aisha tercenung pada kejadian tadi.

Sambil memilih kerudung, Aisha bertanya kepada Dinda, yang sedang memasukkan alat-alat tulis ke tas, "Din, kenapa kamu baru meruqyah aku pas mau subuh tadi? Kok, enggak langsung semalam aja pas aku mimpi buruk?"

Dinda menoleh dengan senyum kecil, lalu menjawab, "Oh, itu. Hem … gimana, ya? Tanggung, sih. Kan, acara musiknya belum kelar. Masa, abis kamu potong dengan teriakan yang pertama itu, kita musti batal nikmati lagi sih, gara-gara kamu ngigau?"

Aisha mengangkat alis sambil tersenyum geli. "Maaf, deh. Udah bolak-balik gangguin kalian," kelakar Aisha setengah menyindir.

Dinda tertawa ringan dan menyahut konyol, "Iya, deh. Iya. Seharusnya kami yang minta maaf, bikin ribut sampe kamu susah tidur. Sorry, ya. Tapi, enggak janji, deh, bakal brenti."

Aisha pura-pura cemberut, tetapi segera tersenyum. Saat mematut diri di cermin sambil menata kerudung di kepala, Aisha kembali bertanya serius, “Lagian, kok kalian enggak pernah ditegur ustazah ya, soal ini?"

“Itulah anehnya!” timpal Alika yang melintas, berbisik dengan nada agak tinggi di dekat telinga Aisha. “Ustazah Zakia aja, selalu telat datang kalau pas ada pertunjukan musik. Apa … mereka ikut nonton juga, ya?”

“Hus!” seru Dinda segera sambil meletakkan telunjuk di depan bibir.

Namun, tak ayal, para santri di sekitar mereka reflek cekikikan membayangkan jika dugaan Alika benar. Teriakan Ustazah Zakia di ambang pintu menyadarkan mereka untuk mempercepat gerak. 

Aisha dan teman-temannya segera keluar dari kamar, bergabung dengan santri-santri lain yang melangkah riang menuju lokasi kajian akbar. Mereka melewati pintu penghubung pondok putra dan putri yang biasanya terkunci. Konon, lewat situlah dulu mantan santri yang bernama Wildan menerobos masuk pondok putri untuk menemui pacarnya.

***

Ruangan yang megah dan luas itu dirancang untuk mengakomodasi ratusan santri dari pondok putra dan putri. Dinding-dindingnya dicat dengan warna krem yang lembut. Lantai marmer putihnya bersih berkilau, memantulkan kilatan lampu gantung yang sesungguhnya tidak sedang menyala itu, membuat Aisha mendongak untuk memeriksa detail sang lampu.

Sebuah lentera besar dengan kubah di atasnya dan mengerucut di bagian bawah terbuat dari bahan kuningan. Pita kaligrafi dengan anggun melilit bagian bawah kubah. Sedangkan tubuh tengahnya berhiaskan pola geometris yang kompleks dan saling mengait, serta panel-panel kaca berwarna biru, hijau, emas, dan merah. Bingkai panel kaca itu berupa ornamen arabesque—daun dan bunga yang mengalir dan saling bertaut.

Lihat selengkapnya