“Tempat terindah di bumi adalah rumah”
Jadwal manggung yang padat telah menunggu, tapi semua itu harus menunggu. Menunggu anak-anak EZRA yang sedang berkutat dengan buku. Mereka, anak-anak EZRA harus mengikuti Ujian Nasional, kecuali Donny. Di saat yang lain sedang sibuk Ujian, dia tengah disibukan dengan membantu persiapan bapa ibunya pergi umroh. Cara merayakan keberhasilan EZRA yang bersahaja. Donny mewujudkan impian kedua orang tuanya untuk pergi ke tanah suci. Impian mereka sedari dulu.
Hari terakhir Ujian, Mozart gelisah, ia sudah tak sabar ingin segera pergi ke markas dan segera berkeliling kota-kota besar di tanah air untuk memenuhi jadwal padat yang telah menunggu. Begitu juga Davina, Ryu, Debu dan Donny. Sudah seminggu mereka tak berkumpul di markas.
Mereka pindah markas, tak jauh-jauh, markas baru mereka berada di sebuah rumah besar samping rumah Ryu. Rumah besar itu mereka sewa dan mereka jadikan markas, mereka kemudian menyebutnya ‘Rumah EZRA’.
Di rumah EZRA, kang Anbin bebenah. Bebenah manajemen karena selama ini ia mengerjakan semua keperluan anak asuhnya sendiri dan hanya dibantu Kang Aboy sebagai Road Manajer dan teh Wina sebagai Stage Manajer. Kang Anbin, dengan persetujuan para personel EZRA melengkapi EZRA sebagai band profesional, seperti Crew Equipment, Sound Enggineer, Dokumentasi & Publikasi serta Staf Keuangan. Oh ya satu lagi, kantor mereka juga sudah dilengkapi OB , mang Adul dan bi Tinah. Hingga lengkaplah sekarang EZRA sebagai sebuah band profesional.
Dan tibalah saat bel tanda ujian usai berbunyi. Maka menghamburlah para personel EZRA menyerbu markas mereka, masih dengan seragam putih abu. Donny sudah sejak kemarin nongkrong di rumah EZRA, tanpa menemui Ryu, ia takut mengganggu Ryu yang lagi ujian. Ia duduk sendiri di teras belakang ditemani segelas orange juice kuning menggoda. Ia begitu asyik dengan lamunannya, hingga kehadiran Ryu tak disadarinya.
“Wey...!!! minum apa?”
“Eh...tai...tai...tai...!”
“Ya minum kok tai, minum itu orange juice, milk shake, boba, hah...ini malah minum tai.”
“Hah...sialan lo Ryu, kapan dateng?”
“Baru aja.”
“Gimana ujiannya bisa?”
“Bisa dong, bisa dikatakan iya...bisa dikatakan tidak.”
“Hah...ga je!”
Tanpa ba bi bu, tangan Ryu secepat kilat meraih gelas orange juice yang belum sempat diteguk Donny dan langsung menyeruputnya hingga tersisa setengah.
“Eh...sompret lo! maen samber aja, sana minta sama bi Tinah!”
“Hah...sapa tuh bi Tinah?” Ryu pura-pura ga kenal.
“Itu Kitchen Staf kita.”
“Halah, gaya lo Don, pake kitchen staf segala, muke lu jauh!”
“Bodo amat!”
“Lagian sewot amat bung, itu kan masih ada setengah gelas.”
“Ih ogah...gelas gue sekarang udah najis tralala.”
“Sialan lo , lo kira mocong gue sama ama congor anjing.” Sambil tangannya kembali meraih gelas dan menghabiskannya hingga titik juice penghabisan.
“Euh sompret , dasar monyet bau, muka gepeng, kadal buntung, kecoa tengik, babi ngepet, dinosaurus, brontosaurus , kirik...!!!” makian khas almarhum mas Kasino pun meluncur mulus dari mulut Donny. Bukti kehangatan EZRA sebagai sebuah keluarga.
“Tenang, Mas ...tenang ...masih ada hari esok.”
“Halah...sedikit-sedikit esok, sedikit-sedikit esok, esok kok sedikit-sedikit”
“Ampun mas Parto...”
Keriuhan terhenti ketika bi Tinah menghampiri dengan membawa segelas orange juice di atas baki.
“Ini mas Ryu, orange juicenya, silahkan.” Ucap bi Tinah seraya meletakan gelas itu diatas meja.
Belum sempat berucap terimakasih, tangan Donny secepat kilat mengambil gelas yang belum sempurna berdiri di atas meja. Dan tanpa ba bi bu langsung menyeruputnya sampai setengah gelas.
Bi Tinah kaget bukan kepalang dengan kelakuan Donny. Di pikirannya, Donny adalah sejenis hewan rakus yang sudah menghabiskan satu setengah gelas besar orange juice sendirian.
“Eh iya bi, makasih ya bi.” ujar Ryu .
“Oh iy...iya mas Ryu sama-sama.” Jawab bi Tinah sambil ujung matanya masih melirik ke arah Donny yang tampak puas.
“Jangan kaget bi sama si Donny, dia emang keturunan onta, minumnya kalap. Lain kali kalo dia minta minum jangan pake gelas bi, pake ember.”
“Oh baik mas Ryu, euh...permisi”
“Iya bi.”
“Sialan lo Ryu, gimana kalo dia nanggepin serius omongan lo? Ntar kalo gua haus dia bawain gue ember.”
“Ya kalo dia serius sama lo, ya... terima saja dengan tangan terbuka, cinta memang akan menemukan jalannya.”
“Heuh dasar kang Akum...!”