Bandung, Desember 2012
Senja merah di ujung sana Lelaki mengingat bijana Berselimutkan kabut mega Restu semesta membawamu
Ini akan terjadi seperti menunggu dibisikan oleh sesuatu.
Angin membuat daun-daun bergesekan, gaung serangga dan siksaan alam sepi menanti kata-kata lelaki itu untuk jatuh ke atas kertas di tangannya. Tapi, tinta pada pena belum menemukan maknanya, sepertinya. Hati belum cukup menerka kata apa yang paling pas berpadu dengan petikan senar gitar miliknya. Jadi, gitar itu, kembali dipeluk.
Sebuah kota yang tergelar. Paris van Java, dari titik puncak bukit. Senja yang memayungi perasaan dirinya. Geliat jingga kemerahan yang entah ingin luntur oleh hari yang sebentar lagi malam. Lantas apa yang diharapkan dari cahaya di ujung senja yang sebentar lagi akan sirna? Kehadiran seseorang yang belum tentu dirinya kenal atau hanya bayang-bayang seseorang yang kelak mudah ia lupakan?