Kalau aku ketemu kamu sudah nggak ada rasa; rasain!
Send
Sudah tiga hari berturut-turut, aku selalu menghabiskan waktu sore di Saung Ngariung. Berdua bersama John, eh bertiga bersama satu piring berisi buah mangga. Tidak peduli soal pencernaan karena memakan mangga berlebihan, aku hanya merasakan nyaman dan luka pun perlahan tertutup.
John itu pendengar baik. Selain itu tingkah polosnya selalu membuatku tertawa. Dia juga pembicara yang baik, meski bicaranya kadang baku, belibet, tidak jelas dan bahkan amat formal.
Sekarang, aku masih duduk santai di Saung Ngariung. Tapi tidak ada John, dia mau membeli minuman segar katanya. Karena sendiri dan nyaman dengan angin sepoi-sepoi, jadilah aku yang sok mendramatisir suasana.
Balik lagi ke hal yang membuat benci sama pisau. Jujur saja, aku ingin sekali membuka masa lalu itu. Mencari jejak pelaku lalu menangkapnya agar supaya hidupku tentram damai.
Tapi, brengseknya malah sudah janji sama diri sendiri kalau kasus itu akan di buka bersama Lingga. Nah masalahnya, Lingga itu tidak ada. Hilang seenaknya. Ketika mau bercerita ke Oliv sekali pun rasanya susah. Ke John juga yang pangkatnya sudah menjadi temanku pun sama susahnya. Kekeuh harus Lingga.