Cowok brengsek!
Send
Sekarang aku sedang di toko roti milik bundanya Oliv. Suasananya membuat lapar karena wangi dari pemanggang roti. Perut merengek ingin diisi. Terdengar Oliv masih saja tertawa sampai terbahak sambil menatap layar ponselnya. Aku mendengus, menduga bahwa sebentar lagi akan ada serangan kata dari mulutnya.
“Parah lu ya. Namanya bucin banget sih,” katanya mulai mengeluarkan serangan kata, “Flashback On? Oh ayolah, gua ngakak nih. Lu nggak mikir dua kali ya pas ngasih nama kanal YouTube lu?” Lalu tawanya menggema lagi. Untung tidak ada konsumen, kalau ada bisa-bisa mereka putar balik mendengar seorang anak pemilik toko ketawanya bikin tidak nafsu makan.
“Jadi ngeledek hah kamu teh. Awas saja siah kalau sampai suka sama cover laguku,” dengusku kesal dan bisakah Oliv menerima apa adanya. Oh ... apa ini karma? Saat aku mendengar Tewo, aku ngakak sampai mengeluarkan air mata dan sekarang Oliv begitu. Oke ini karma, aku terima meski bikin bete.
“Uluh marah nih. Jangan marah dong wahai mojang Sunda. Gua terima kok nama akun YouTube lu. Kan setiap pekerja seni pasti punya maksud dan tujuannya ya. Nah gitu dong senyum, kan gua jadi mau bikinin lu menu best seller di toko roti ini. Tunggu bentar ya,” cerocos Oliv.
Beberapa hari kebelakang, aku tidak mendengar kebawelan Oliv, bahkan nyaris kehilangan bawelnya karena memang jarang berjumpa. Sekarang dengan senang hati bawelnya tidak membuatku kesal, malah bersyukur dia masih begitu. Selain temu kangen dengan kebawelan, aku juga merasa senang bisa melihat Oliv masih ketawa-ketiwi meski celemek berbordir nama toko di depannya agak kotor dan kusut. Dia itu kerja membuat roti atau membantu bundanya di bagian manajemennya sih?
Oliv datang membawa roti isi daging dan teh hijau panas yang katanya sangat enak. Di sela-sela menikmati roti yang ternyata memang sangat enak, Oliv pun mulai menceritakan kerjaannya di toko. Katanya, dia harus bisa menguasai semua resep buatan bundanya, jadi Oliv selalu belajar membuat roti. Selain itu juga, dia mengurus manajemennya. Semua yang dilakukannnya mungkin karena Oliv adalah pewaris toko yang sudah banyak cabangnya ini.
Setelah Oliv puas cerita tentang kesibukkan, giliran aku dong yang cerita juga. Aku menyeruput teh yang manisnya pas. Lalu menyandarkan tubuh di sofa empuk. Kudengar bunyi lonceng menandakan ada pelanggan yang masuk, Oliv tidak menghampiri dan siap mendengar ceritaku. Cerita kali ini mengenai akun linggatara_ sudah berhasil membuat Oliv melotot kaget.
“Brengsek banget tuh cowok. Kalau dia punya akun Instagram dan tau akun lu, kenapa nggak say hi,” serunya sambil meremas celemek. Aku juga berpikir begitu, brengsek memang, seenaknya memainkan hati orang.
“Ya gimana atuh, aku juga bingung. Aku suka sama dia, Liv. Bahkan aku tuh susah buat lupain dia. Aku sayang dia,” lirihku melow.