Lakon

Putriyani Hamballah
Chapter #15

John Holmes, Bule yang Selalu Mengejutkan

John Holmes meletakkan cangkir berisi teh di sampingku.

“Panas gini, bikin teh panas. Kamu sehat?” tanyaku lalu meraih cangkir itu. Menggenggamnya sampai merasakan panas di telapak tangan.

“Saya? Saya baik-baik saja, Sundulu,” jawabnya polos. Aku terkekeh sambil kembali menatap kosong pohon mangga yang tetap berdiri kokoh, memberikan suasana menjadi tidak terlalu panas. Angin Agustus di Jakarta, membuatku ingin pulang. Ingin merasakan masuk angin gara-gara bergadang di balkon vila.

Sudah dua hari aku tinggal di ‘istana’. Merebut kamar tidur John—bukan merebut, John yang memaksaku untuk tidur di sana. Kamar yang berukuran seperti di kosan membuatku sadar diri. Ini yang memang pantas aku dapatkan. Ruangan sempit nyaman bersama barang-barang keperluan dan juga kesayangan. Itu saja.

Kamar John luar biasa nyamannya. Tidur di sana seolah aku sedang di London karena banyak sekali bendera atau hiasan khas United Kingdom. John cinta tanah airnya, tapi dia malah betah tinggal di negeri orang. Apa hati juga begitu? Cinta dengan satu hati, tapi malah dibuat betah oleh hati lain yang tiba-tiba datang mewarnai merah muda bahkan merah membara.

Sundani          : Jangan ke apartemen, aku nggak di sana untuk waktu yang lama.

Lingga            : Oke, An. Aku sibuk. Ada urusan. Aku terkekang juga. Maaf.

Maaf lagi? Aku menghela napas. Menyeruput teh dengan hati-hati. John terdengar mengambil sebuah nada. Jam berapa sekarang? Hampir larut, jika di kampung halamanku, John akan ditergur karena mengganggu.

“Selama dua hari, saya perhatikan, kamu banyak diam,” kata John sambil terus menggenjreng gitar berwarna hitam itu. Terdengar irama dari lagi Queen. Entah judulnya apa—ingat judul lupa nada. Ingat nada lupa judul, aku begitu orangnya. “Saya rasa, kamu butuh berhiburan,” lanjutnya. Aku menoleh sambil mengerutkan kening.

“Berhiburan? Maksudmu hiburan?” tanyaku sambil menahan tawa.

“Yeah. Itu maksud saya. Mau saya hiburan kamu supaya kamu bisa bahagia lagi?”

“Mau saya hibur, begitu maksudmu?”

“Yeah.”

“Boleh,” sahutku sambil nyengir.

“Saya tidak tahu lagu kesukaan kamu. Saya sudah berlatih dua hari yang lalu. Berlatih lagu Indonesia agar kamu tidak pusing mendengar lagu British.” Aku terkejut, sebegitu niatnya untuk menghiburku.

“Oke, aku dengarkan.”

John sekarang memetik gitar. Nada yang tidak asing. Oh kenapa ...

Saat jumpa kita pertama, kulangsung jatuh cinta

Oh John ... dari sekian lagu yang diciptakan musisi Indonesia yang hebat-hebat, kenapa harus Chrisye? Dari sekian lagu Chrisye juga, kenapa lagu Kala Cinta Menggoda. Aku terkesiap dan hampir pingsan karena saking terkejutnya. Itu laguku, maksudnya, itu lagu perwakilan hatiku untuk Lingga Hanjuang Dirgantara.

Lihat selengkapnya