Lakuna

yuliandap
Chapter #4

Sori Lagi

Sepuluh menit sebelum masuk Nata sudah di kelas sedang mendengarkan lagu lewat earphone. Beberapa murid di kelas memilih keluar nongkrong depan kelas sambil lihat gebetan datang kalau ada atau sekadar cuci mata lihat cowok-cowok lagi main bola di lapangan.

"Nat, ke kantin, yuk? Gue mau beli air lupa bawa botol minum tadi." Kanaya, teman satu bangkunya, mengajak ke kantin.

Nata mengangguk tanpa bicara. Dia melepas earphone dan memasukkannya ke tas. Dia melirik sekilas ke lapangan dimana beberapa anak cowok sedang bermain bola memakai seragam olahraga. Salah satu di antaranya Nata tahu, Ical. Tu cowok semangat banget kelihatan dari gerakan kakinya lincah mengoper bola.

Saking semangatnya Ical menendang jauh sampai terlempar ke pinggir lapangan dan mengenai seorang cewek. Apesnya, tu cewek jatuh ketika Nata melewatinya. Mereka berdua jatuh ke lantai dengan masing-masing lengan tergores bagian tembok yang mengelupas.

"Sialan," umpat Nata tertuju pada kecerobohan Ical. Cewek tadi salah paham mengiri umpatan tersebut tertuju padanya.

"Maaf," katanya. Buru-buru berdiri dan menunduk takut.

"Kenapa minta maaf?"

"Gue bikin lo jatuh."

"Harusnya tu cowok tengil yang minta maaf bukan lo."

"Tapi--"

"Udahlah lupain aja anggap aja gue lagi sial."

Dua cewek itu melanjutkan perjalanan menuju kantin menghiraukan pandangan sekitar dan perhatian anak-anak cowok di tengah lapangan.

"Tangan lo berdarah, Nat."

"Nggak pa-pa, besok juga sembuh."

"Iya, tapi harus dibersihin dulu. Kalau ada bakteri gimana?"

"Oke."

Kanaya langsung mengambil kassa, obat merah, dan plester. Sebagai mantan anggota PMR sewaktu SMP, sedikit banyak dia tau bagaimana menangani luka ringan. Walaupun awalnya Nata bersikeras ingin menangani lukanya sendiri, Nata harus mengalah juga karena Kanaya sama bersikerasnya.

"Harusnya tu cewek minta maaf secara nggak langsung udah buat lo begini."

"Dia nggak salah apa-apa yang salah itu orang yang nendang bola."

"Ical kan yang nendang? Gue nggak lihat jelas."

Nata mengedikan bahu. Malas berurusan dengan Ical.

"Dah selesai." Kanaya tersenyum lebar menatap hasil karyanya di tanga Nata.

"Makasih."

"Sama-sama."

....

Di lain sisi, Ical nggak sangka bolanya bakal melayang jauh ke pinggir lapangan dan memakan korban dua sekaligus. Salah satunya ada Nata. Tu cewek sebelum pergi sempat melirik tajam seolah memberi peringatan pada Ical supaya nggak ceroboh.

Lihat selengkapnya