Nata menatap bingung pada dua teman sekelasnya masih nongkrong depan kelas. Begitu melihat sosok dirinya mereka berdua cengengesan menyuruh Nata cepat-cepat menghampirinya. "Kenapa?" tanya Nata ketika sampai di hadapan keduanya.
Kanaya memberikan susu kotak dan waffle coklat tertempel stickynote dengan tulisan kepada Nata. "Ciee didekatin dua pentolan sekolah, nih," Kanaya menggodanya.
Nata menatap barang yang diberikan padanya. Dia menghela napas menatap Kanaya malas. "Ambil aja. Gue nggak suka coklat." Tanpa memedulikan reaksi keduanya Nata masuk ke kelas. Langsung duduk di bangku sambil menyiapkan pelajaran berikutnya.
Kanaya dan Violet saling pandang lalu mengedikan bahu. Udah biasa dikacangin Nata.
Violet itu teman Kanaya di SMP. Mereka pernah satu kelas di kelas delapan ketemu lagi di SMA kelas sebelas. Tu anak duduk di depan Kanaya dan Nata bersama Siera.
"Yakin nggak mau diambil?" Kanaya bertanya sekali lagi memastikan Nata nggak salah ambil keputusan. "Ini Ical yang ngasih asalkan lo tahu."
"Karena gue tahu dari Ical gue nggak mau."
Kanaya mengedikan bahu mengabaikan sorot tajam teman sebangkunya. Dia tersenyum ramah. "Buat gue kalau gitu."
Nata acuh tak acuh menanggapi Kanaya. Moodnya hancur karena Ical tadi. Nata nggak mau diganggu kalau lagi badmood. Berani ganggu siap-siap aja kena semprot tu anak yang luar biasa amazing.
Pelajaran selanjutnya PPKN. Guru yang bersangkutan baru datang bersama seorang murid cowok membawa proyektor.
"Simpan sini aja, Cal," kata guru tersebut menyuruh siswanya yang membawa proyektor menyimpannya di atas meja salah satu murid. "Sekalian pasangin, punten, banggeur." (maaf, anak baik)
Ical mengangguk. Dia cekatan memasang proyektor. Saat sedang memasang proyektor dia menyempatkan diri curi-curi pandang ke arah Nata karena kebetulan banget bangku yang dipasang proyektor bangkunya Violet dan Siera. Jarak Ical memandang Nata nggak jauh-jauh banget. Tu cowok malah terang-terangan tersenyum saat Nata nggak sengaja melirik ke arahnya.
Hal itu nggak luput dari pandangan Violet dan Kanaya. Dua orang itu bahkan mengulum senyum. Udah gatel banget pengin cengcengin Nata. Kelihatan banget kalau Ical tertarik sama tu anak.
"Sudah, Bu."
"Makasih ya, Cal," kata guru tersebut. Ical nyengir sambil mengangguk.
Tu cowok menghampiri guru PPKN berbisik lalu guru tersebut tersenyum geli sambil memukul pelan bahu anak didiknya. "Kamu ini ya. Belajar dulu yang benar baru pacaran."
Ical nyengir menanggapi balasan walikelasnya. Habis itu dia keluar masih sempat melirik Nata tapi tu cewek pura-pura nggak sadar. Sibuk mencatat sebagai pelarian. Ical tertawa pelan melihatnya.
Selepas kepergian Ical, Violet langsung berbalik ke belakang menatap Nata antusias begitu pun Kanaya.
"Anjir dilirik Ical."
Nata menghela napas malas berhenti pura-pura mencatat. Dia menatap kedua cewek itu tanpa minat. "Gue nggak suka dia."