"Nata."
Yang dipanggil melirik sambil menaikkan kedua alis. Asik menyantap siomay di hadapannya.
"Lo sadar nggak sih apa yang lo lakuin tadi?"
Violet nggak habis pikir melihat Nata dengan beraninya melawan Gina. Selama sekolah di sana baru kali pertama dia lihat ada orang berani menentang tu anak. Bahkan, anak cowok sekalipun tunduk sama tu cewek karena malas berurusan dengannya. Ujungnya, Gina bakal bawa status sosialnya sebagai cucu Kepsek di sana.
Nata mengangguk tapi acuh tak acuh.
Violet menghela napas. "Gemes gue sama lo, Nat. Susah banget dibilangin."
Sejak hari pertama menjadi murid SMA Ganesha nama Nata langsung terkenal, makin terkenal lagi ketika Yasa mendekatinya. Hampir tiga angkatan tahu Nata, termasuk Gina.
Bukan rahasia lagi kalau Gina memang suka Yasa. Dari kelas sepuluh tu cewek udah ngejar-ngejar Yasa tapi Yasa selalu punya alasan untuk menghindar. Gina juga nggak sadar kalau Yasa nggak suka dengan dirinya. Dia beranggapan Yasa menghindar karena sungkan dengan status sosial mereka yang berbeda.
Ketika Yasa mendekati Nata wajar tu cewek kepanasan kayak cacing kepanasan. Apa pun dia lakukan untuk membuat Nata nggak betah di sekolah dengan menyuruh teman-temannya melakukan itu semua. Dia tinggal menunggu semua beres dan menatap teman-temannya melakukan perintahnya dari kejauhan.
"Nggak usah dibilangin kalau gitu." Nata senyum menyebalkan membuat Violet ingin melemparnya dengan kotak tissue di hadapan mereka. "Buku mulutnya." Nata menyodorkan satu suap kepada Violet.
Violet memutar kedua bola mata. Masih bisa-bisanya bersikap tenang di situasi genting seperti ini. Violet tetap menerima suapan dari Nata mengunyahnya tanpa minat.
"Lo kelas apa?" Kanaya bertanya pada cewek yang duduk di sebelah Nata. Cewek yang tadi pagi ditolong Nata. Nata mengajaknya ke sana karena nggak tega melihat dia sendirian di antara ratusan murid di kantin.
"IPS 1," kata Clara, cewek yang duduk di sebelah Nata.
"Sekelas sama Gina dong?"
Tu cewek mengangguk pelan.
Nata berhenti menyuap makanan ke mulut dan melirik tu cewek. "Lo jadi kacungnya si Gina Gina itu?"
Clara diam.
"Indonesia udah merdeka dan lo masih dijajah sama orang kayak gitu?"
Clara diam saja menerima sindirian dari Nata. Meskipun menyakitkan tapi faktanya memang begitu. Dia nggak bisa mengelak.
"Kalau lo terus diam dan memaklumi kelakuan mereka itu artinya lo pecundang."
Violet dan Kanaya melolot. Bibir tu anak nggak bisa disaring banget. Clara juga nggak protes.
"Terserah sih lo yang dijajah mereka, kan? Bukan gue." Nata tersenyum menyebalkan membalas tatapan tajam dari dua cewek di depannya.