Ada beberapa menit sebelum bel masuk berbunyi. Nata memutuskan menunggu waktu tersebut di luar kelas. Menonton anak kelas dua belas lawan anak kelas sebelas main basket. Salah dua di antaranya ada Ical dan Yasa. Mereka berdua dibagi dalam tim yang berbeda, menjadi lawan.
Yasa jelas anak basket. Skill basketnya nggak usah diragukan lagi. Namun, Ical sebagai anak futsal skill basketnya juga nggak bisa diremehkan. Gerakan dribble-nya patut diperhitungkan.
Karena pertandingan ala-ala itu pinggir lapangan dan koridor kelas mendadak penuh. Banyak murid, terutama anak cewek, ingin menonton mereka. Sayang banget kalau nggak nonton soalnya yang tanding cowok-cowok yang punya banyak penggemar baik di sekolah maupun di luar sekolah. Kapan lagi gitukan bisa nonton para cowok yang diidamkan banyak cewek main basket cuma-cuma.
"Kak Yasa keren banget." Violet berdiri di samping kanan dan Kanaya samping kiri Nata.
"Kak Yasa punya Nata, Vi."
"Oh, iya gue lupa."
Nata nggak mengubris obrolan keduanya.
"Gue Kak Ibra kalau gitu." Violet tersenyum cerah menatap seorang cowok sedang mendribble bola ke ring lawan. Begitu berhasil memasukkan bola ke ring lawan kor membahana memenuhi lapangan. "Kak Yasa, kan, udah sama Nata berarti Kak Ibra buat gue."
"Kayak tu orang mau aja sama lo."
"Sirik aja lo."
"Tapi pesona Rehan nggak bisa tolak."
"Ih dasar."
Kanaya nyengir.
Nata diam saja mendengar kedua cewek itu merebutkan cowok-cowok. Mereka semua punya pesonanya masing-masing tapi Nata nggak tertarik untuk jatuh ke pesona di antara mereka. Dia menonton karena malas di kelas. Panas. Mending di luar adem meskipun berisik banget.
"Nat, lo yakin nggak kepincut pesonanya Ical? Terlepas tu anak berengsek tapi pesonanya nggak bisa ditolak."
Nata menoleh, tersenyum paksa, dan menggeleng. "Nggak tertarik."
"Kay, jangan lo tanya sekarang masih terlalu dini. Tanya lain kali kalau mereka udah kenalan lebih dekat jawabannya pasti beda."
"Oh iya benar."
"Nat gue kalau jadi lo udah terima Ical. Lumayan, kan, numpang eksis." Violet ketawa diikuti anggukan kepala Kanaya.
"Lo aja sana sama Ical," kata Kanaya.
"Sayangnya, tu anak nggak tertarik sama gue. Dia tertariknya sama lo, Nat."
"Vi, lo lupa ya kalau Kak Yasa juga tertarik sama Nata?" Kanaya menyadarkan Violet tentang fakta tersebut.
"Oh iya gue lupa sama Kak Yasa."
"Nata murid baru udah dideketin dua cowok famous. Lha, kita Vi, udah lama di sini tetep nggak dapet. Paling mentok Irham."
Violet ketawa. "Itu sih elo dapetnya Irham gue sih agak better meskipun anak sekolah lain."
Kanaya mencibir kesal.
...
Nata mengambil tas selempang berisi dompet, parfume, pemerah bibir, juga pengisi daya ponsel ketika Yasa mengirimnya personal chat kalau tu cowok udah di depan. Nata nggak perlu pamit kepada orang rumah karena rumah selalu sepi. Dia bebas mau pergi kemana, dengan siapa, dan sampai jam berapa.
Dress code kali itu warna putih, rose gold, atau merah marun. Nata memilih gaun lengan panjang semata kaki warna putih dipadu heels warna hitam dan bando warna pink. Sedangkan Yasa, tu cowok memilih setelah jas warna merah marun dipadu pantofel hitam.
"Gue nggak bawa kado," kata Nata sambil memasang seatbelt.
"No problem." Yasa tersenyum sekilas fokus memutar mobil. "Nat, lo tetanggaan sama Ical?"
"Tahu darimana?"
"Ketemu di depan."
Nata diam tidak menjawab lagi.
Sampai lokasi, Yasa menggandeng Nata menuju ballroom hotel. Ketika memasuki ruangan keduanya sukses menjadi pusat perhatian. Penampilan mereka udah mirip pasangan-pasangan yang menghadiri acara red carpet. Begitu memesona dan elegan.