Lalu, Kenapa Kalau Aku Perempuan?

Natsu Hana
Chapter #19

19. Sebuah Tanya yang Menginginkan Jawaban

“Ulya udah telepon Mama belum?” tanya Sinta saat sudah setengah jam semenjak Ulya memegang ponselnya. Setiap malam minggu, jadwalnya Ulya menghubungi Sekar. Tentu saja itu ajaran yang diterapkan Sinta untuk membuat hubungan ibu dan anak itu kembali baik.

Tapi seperti hari-hari sebelumnya, Ulya tidak selalu menggunakan waktu itu untuk menghubungi Sekar. Dia malah lebih sering menggunakan ponsel pinjaman dari Sinta untuk bermain game atau menonton video di internet. Sama seperti yang Ulya lakukan sore ini.

Sinta menghela napas. “Kenapa malah main game?” tanyanya sebal. Sejak tadi Ulya hening tanpa suara, Sinta kira sedang bertukar pesan dengan Sekar, malah bermain game.

“Sini Ante pinjam hpnya.”

Ulya menyerahkan ponsel itu dengan ogah-ogahan. Dia masih seru memainkan game tiba-tiba diminta kembali dan disuruh mengobrol dengan mamanya. “Ulya udah chat kok tadi, Ante.”

Sinta memeriksa aplikasi pesan, mengecek apakah Ulya benar-benar sudah menghubungi Sekar. Dan ya, anak kecil itu tidak berbohong. Ulya benar sudah menghubungi sang mama. Hanya pembicaraan singkat saling menanyakan kabar, juga beberapa pertanyaan sederhana yang diajukan Sekar dan hanya ditanggapi singkat oleh Ulya. Setelahnya Ulya langsung pamit akan mengerjakan hal lain. Memutus percakapan tersebut tanpa memberikan respon lanjutan pada sang mama.

“Kok singkat banget, Ulya nggak kangen sama Mama?”

Ulya menggeleng tanpa beban.

“Kenapa?”

“Ya nggak kenapa-kenapa. Memang nggak kangen.”

“Liburan semester mau nginep di rumah Mama beberapa hari?” tanya Sinta memberikan penawaran.

“Nggak mau, Ante. Ulya mau sama Ante, sama Yangti. Kalau nggak besok-besok Ulya nginep di rumah Pakde Agas, nemenin dede Aka. Tadi Bude chat nawarin mbok mau nginep di rumah Pakde.”

Sinta menepuk keningnya. Tidak habis pikir. Yang merengek meminta Ulya menginap itu Sekar yang teramat merindukan anaknya. Eh malah Ulya lebih tertarik menginap di rumah Bagas.

“Minggu besok ya, Ante, boleh ‘kan?”

Sinta mengangguk-angguk saja. “Dijemput Pakde, ‘kan?”

“Iya.”

Ulya terdiam untuk beberapa saat, setelahnya bangun dari posisi tidur. Jika sudah seperti ini biasanya Ulya akan menanyakan beberapa hal yang tidak diketahuinya.

“Ante, kemarin ustazah bilang kalau durhaka sama orang tua termasuk dosa besar.”

Lihat selengkapnya