Nadine Wijaya berdiri di depan rumah tua yang baru saja mereka beli, tangan di pinggang dan mata menyapu pemandangan sekeliling. Matahari sore memancarkan cahaya keemasan yang membasahi dinding batu yang sudah kusam. Rumah itu, meski besar dan memiliki banyak potensi, tampak membutuhkan banyak perawatan.
“Aku yakin ini tempat yang tepat untuk kita, mas Arman,” kata Nadine, mencoba terdengar penuh semangat meskipun ia merasa sedikit cemas.
Arman Wijaya, suaminya, menatap rumah dengan ekspresi yang campur aduk antara rasa puas dan skeptis. "Ya, kita bisa membuatnya menjadi tempat yang nyaman. Lagipula, harga rumah ini sangat terjangkau," jawab Arman, sambil mengeluarkan daftar panjang tugas yang harus dilakukan dari saku celananya.
Nadine mengangguk. "Aku tahu, tapi aku hanya merasa ada sesuatu tentang rumah ini. Sesuatu yang aneh."
Arman menoleh ke arah Nadine dan tersenyum. "Kamu terlalu banyak memikirkan hal-hal mistis. Ini hanya rumah tua yang membutuhkan sedikit sentuhan. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan."
Mereka memasuki rumah, dan Nadine merasakan udara dingin yang berbeda dari suhu luar. Lampu-lampu lampu yang kotor bergetar saat mereka membuka pintu. Bau lembap dan debu menyambut mereka, membuat Nadine merasa sedikit mual.
Mereka mulai mengepak barang-barang dari mobil dan mengatur barang-barang di dalam rumah. Nadine berusaha untuk tetap fokus pada pekerjaan, tetapi setiap kali ia melirik ke sudut-sudut gelap di dalam rumah, ia merasa seolah ada sesuatu yang mengawasi mereka.
Saat malam menjelang, Nadine berbaring di tempat tidur baru mereka, berusaha untuk tertidur. Namun, matanya tetap terbuka, memikirkan suara-suara aneh yang terdengar di malam hari dan bayangan-bayangan yang muncul di sudut pandangannya. Suara derak lantai yang tidak jelas membuatnya gelisah.