Dia seperti air, tidak memiliki wujud yang sempurna, selalu punya cara untuk lolos di sela-sela jari, memiliki perasaan yang berbeda setiap saat, melihatnya seperti sedang berkaca tapi nyata dia hanya mengalir tanpa ada rasa.
***
Semua hal yang diketahui Nila kini sirna begitu saja seperti debu, dia harus menjadi orang yang baru untuk mengenal Juna.
Di sekolah tidak ada yang tahu hubungan mereka bahkan teman bangkunya pun bingung saat Nila menanyakan hal tersebut.
"Bukanya dia murid baru? Bagaimana bisa jadi pacarmu? Kau sedang bercanda? Wajar saja semua orang tidak tahu," ucap Nara teman SMP nya, mereka sudah lama bersama dan hanya beda kelas.
Di sedang berkaca di cermin toilet sambil mengolesi warna pink muda di bibirnya. Nila cemberut, dia jadi merasa terabaikan.
Nara melihat hal itu langsung sepenuhnya berbalik. "Lagian kan, kau jarang pacaran, kalau pun kau punya pacar pasti kau cerita padaku."
"Itu yang buat aku janggal, tapi mama dan Lembayung mengatakan dia pacarku, bagaimana, dong?" Nara hanya bisa menggaruk kepalanya bingung.
"Jalani aja dulu, kalau emang kau udah ingat dan kenyataanya dia bukan pacarmu, kau putus aja, tapi kalau sebaliknya, aku akan membencimu."
"Ih jahat bat, kau kan tahu aku ga pernah bohong." Rambut pendek sampai telinga itu hanya terkekeh.
"Yudahlah ayo keluar, aku lapar." Nila mengangguk semangat dan menarik Nara pergi.
Tanpa mereka sadari ada orang di balik WC. Dia adalah Dara. Orang yang mengantar Juna melihat isi sekolah.
"Berani-beraninya dia ngaku pacaran dengan Juna?" gumamnya sambil mengepalkan kedua tangannya.
***
Dara memiliki rambut panjang, dia sangat populer di sekolah karena kecantikannya. Dia tidak terima kalau ada cowok good looking yang tidak menyukainya, karena terbiasa dengan semua perhatian yang tertuju padanya, membuat dia jadi berpikiran kalau itu adalah miliknya.
Dia datang menemui Juna di kelas yang saat itu sedang istirahat.
"Juna, kau beneran pacaran dengan Nila cupu itu?" Sontak pertanyaan gadis itu membuat semua mata jadi menyorotinya.
Semua orang berbisik-bisik tidak menerima kalau Nila akan menjadi pacarnya. Terlebih lagi Nila tidak sebanding dengan anak-anak yang ada di kelas.
Juna mengembuskan napas pelan, dia jadi muak melihat gadis eksentrik itu.