Aku lelah berharap tapi kenapa aku selalu membuat hatiku terluka dengan tidak berharap?
***
Nila memasuki sekolah seperti biasa, tapi semenjak kakinya memasuki gerbang sekolah, semua orang memperhatikannya, mengunjingnya dari belakang. Perasaannya jadi tidak enak tapi dia tepis dan segera piket di kelas.
"La? Ambil sapu di gudang," ujar salah satu teman piketnya. Gadis itu mengangguk dan segera pergi. Sesampainya disana, terlihat ruang kotor yang berdebu, Nila sempat terbatuk dan tak tahan jika berada di dalamnya, segera dia ingin keluar dan mencarinya di tempat lain, tapi pintu itu lebih dulu tertutup dengan sangat kencang di depan matanya.
"Hey! Kalian apa-apaan! Jangan menutup pintu! Aku masih di dalam!" Dia terus menggedor pintu itu sambil terus berteriak hingga suaranya serak dan tak sanggup lagi. Nila menghalau debu dengan tangannya, dia tidak bisa berlama-lama di dalam sana dan segera mencari cela seperti jendela untuk mengirup udara segar.
Saat sudah menemukannya, dia mulai memanjat dengan pikiran yang terus berkelana, dia tidak tahu sebenarnya ada apa dengan orang-orang itu hingga sampai menguncinya di dalam, karena pikirannya teralihkan dia tidak fokus dan berakhir jatuh di rerumputan.
"Sudah kubilang dia akan lewat jendela," ucap seseorang terdengar samar di telinganya.
"Bawa saja!" Orang tersebut langsung memegang kedua tangannya. Nila masih merasakan sakit di kedua lututnya, tapi dia tidak bisa merontah lagi dan hanya pasrah dengan keadaan.
Tidak jauh dari sekolah mereka berjalan cukup lama hingga sampai di pohon besar. Kedua tangan Nila diikat beserta kakinya.
Gadis yang dikenal dengan teman Dara terdiri dari tiga orang, satu kembar seiras, sedangkan yang menjadi pesuruh memakai behel. Kemarin mereka tidak datang karena di skors membully anak sekolah lain, hingga entah kenapa hari ini malah membuat ulah dengannya.
"Salahku apa?" Pertanyaan Nila membuat gadis berbehel dengan rambut Curly itu terkekeh mendengarnya.
"Aku dengar kemarin kau buat masalah sama Dara, dan kau tahu? Sampai sekarang dia tidak pulang di rumah, dan kami bertiga harus di panggil kepala sekolah untuk memberikan saksi untuk itu! Kau tahu aku sangat membencinya karena dia berkhianat pada kami bertiga, dan ...."
"Berhenti! aku tidak ingin mendengar selanjutnya. Jadi intinya apa? Kau ingin aku menggantikanmu? Aku saja hanya beberapa kali berpapasan dengannya, bagaimana mungkin bisa tahu tentang dia? dan satu lagi kalau hanya ingin menanyakan hal itu padaku seharusnya kau tidak sampai mengikatku seperti ini!"
"Hei! Dari tadi kami berusaha menelpon mu, mengajakmu bicara, tapi kau tidak angkat dan malah melewati kami begitu saja! Kau pikir aku punya waktu untuk melakukan hal seperti ini?!" teriaknya emosi dan langsung memukul wajah Nila keras sampai mengeluarkan banyak darah dari hidungnya.
"Berlagak sok pinter banget! Emang kau siapa!" lanjut kembar seiras itu bersama-sama menendang perut dan kepalanya.
Nila tertunduk dan terbatuk darah, akhirnya ia tahu kenapa mereka bisa di skors, kekuatan mereka bukan anak biasa lainnya tapi seperti preman.
"Jadi bagaimana tawaran kami? Jika kau setuju aku akan melepaskan mu?" tanya gadis itu sambil menarik dagu Nila kasar.