Entah kau yang tersesat dengan ambisimu atau aku yang tersesat dalam dirimu, sama saja kita terluka.
***
Mendengar namanya disebut, Juna menghentikan pergerakan tangannya, lalu menoleh menatap gadis itu yang sudah berlinang air mata. Sebenarnya apa salahnya? Kenapa dia selalu membuat orang menangis dengan perbuatannya? Padahal mereka tidak tahu apa yang ada di hatinya. Hanya kalimat itu yang bersarang di benaknya, hingga dia mundur perlahan dan meletakkan vas bunga itu di tempatnya.
"Dia menolongku," ujar Nila. Seperti Dejavu mendengar kata itu tapi dengan versi yang berbeda. Sangat mudah untuk mengucapkannya tanpa sadar itu membuatnya sangat menderita.
Saat Jeff pingsan tak sadarkan diri, Juna malah berteriak sambil menutup telinganya. Dia seperti kehilangan kesadarannya. Nila jadi kalang kabut dan segera membawa laki-laki itu pergi.
***
Nila hanya membawa Juna ke rumah sakit dan memberitahu pihak rumah sakit kalau ada orang pingsan di alamat yang ia berikan setelah itu ambulans pergi menjemputnya.
Menunggu laki-laki itu bangun, dia menemui dokter dan mencari tahu apa sebenarnya yang terjadi pada Juna.
"Permasalahan ini berhubungan dengan stres, panik, cemas, hingga depresi. Jika dia mulai mengalami ketakutan berlebihan hingga muncul gangguan sulit tidur, kehilangan nafsu makan, kelelahan, dan cemas berlebihan sebaiknya lakukan refreshing, olahraga ringan secara rutin setiap hari, serta hindari perasaan cemas dan stres agar kesehatan mental dia dapat lebih baik."
"Terbuka kepada orang terdekat, juga umumnya dapat membantu mengatasi keluhan ini namun jika dia tidak bisa melakukannya sendirian lakukan konsultasi dengan psikiater, agar diberikan obat dan juga konseling untuk dapat mengatasi kodisi yang dia alami serta bagaimana untuk mencegahnya terulang kembali."
Nila menghembuskan napas pesan, dia bingung apa yang membuat pacaranya terpacu emosi pada Jeff. Dia berpikir lebih baik menemui Jeff untuk menanyakan langsung.
***
Nila membuka ruang pemeriksaan dan menemukan Jeff Sedang duduk sambil menatap ke luar jendela.
"Ekm." Gadis itu berusaha menyapa tapi bingung dari mana memulai, terpaksa dia berdehem, membuat laki-laki itu berbalik melihatnya.
"Maafkan aku," sahutnya sambil tertunduk lesuh.
Terdengar hembusan pelan dari mulut Jeff dia kembali menghadap ke luar jendela. "Tidak apa-apa, toh semua ini karena salahku, wajar saja dia seperti itu."
"Wajar dari mana bukanya itu keterlaluan?" Nila jadi tidak terima sendiri.
"Kau akan mengerti tindakannya, dan aku akan tahu diri, mulai dari sekarang." Setelah mengatakan itu dia pergi meninggalkan Nila yang kebingungan.