Kau perlu memilih, menjadi diri sendiri yang tidak terkekang dengan kenyataan atau terjebak dengan peraturan.
***
Orang-orang akan sadar jika dia terluka, menangis untuk waktu yang lama dan berdiam dengan rasa bersalah. Setelah itu berjanji pada diri sendiri untuk tidak melakukan hal yang serupa untuk orang lain. Begitu lah kisah Jeff.
Dulu saat SMP dia sekelas dengan seorang gadis yang tergila-gila padanya, mereka dekat hingga banyak yang cemburu. Teman-temannya membuat sesuatu yang keji pada gadis itu, dengan memotretnya menyebarkan di media sosial, banyak dari orang yang melihatnya dengan mudah menyebarluaskannya, berita itu disiarkan di sekolah, di mading, di komunitas lainnya. Mereka tidak sadar bahwa itu membuat gadis itu terluka yang amat dalam, dia memutuskan bunuh diri untuk mengakhiri rasa malunya.
Semenjak kejadian itu Jeff berhenti sekolah, ia merasa semua hal yang berkaitan adalah penyebabnya, dan memutuskan mengasingkan diri dari keluarga, sampai pemakaman gadis itu dia melihat saudara dan kedua orangtuanya yang terpuruk, setelah kejadian itu telah lama ia simpan sendiri, akhirnya dia dipertemukan kembali dengan kakak gadis itu. Dia menatapnya seperti akan membunuhnya, Jeff tahu dia tidak mungkin bersembunyi lagi, dia harus bisa menerima semua kesalahannya.
Namun, sayangnya jantungnya berdetak pada orang yang salah. Dia menyukai Nila, awal dari tahun masuk SMA. Gadis itu berbeda dengan yang lain, selalu saja dia mendapati gadis itu menolong orang asing. Jeff rela membeli teropong jauh untuk melihat gadis itu dalam kelas. Setiap detik, hari-hari yang ia lewati menyenangkan baginya, hingga sosok murid baru membuat dia tahu posisi dan tidak pantas untuk menyukai orang itu lagi.
Meskipun begitu, dia sempat menolong Nila walau otaknya terus memintanya untuk tidak memperdulikan mata coklat itu. Namun, itu sirna jika hatinya lebih dominan. Dia terus berharap bahwa dunia tidak akan memberikan dia waktu untuk tersenyum barang semenit saja. Karena itu membuat dia semakin terluka.
Tapi anehnya, saat memikirkan hal yang rumit itu, orang yang berusaha ia hindari kini berada di hadapannya sebagai tamu.
"Hai!" sapa Nila, terlihat bekas lebam di wajahnya kian menyembuh, Jeff senang mengatahuinya. Rasa khawatirnya menghilang berangsur-angsur.
"Ada apa?"
Gadis itu tersenyum simpul, dia memberi kode dengan tatapan agar dipersilahkan untuk duduk. Laki-laki itu baru menyadari sikapnya yang terlewat acuh, dia segera membuka jalan untuk masuk.
Setelah duduk, Nila hanya diam. Di kepalanya beribu banyak pertanyaan yang ingin disampaikan tapi dia bingung harus dari mana memulainya.
"Apa kau ingin menanyakan tentang Pacarmu?"
Kepalanya menunduk kini terangkat menatap mata Jeff yang tahu maksud tujuannya.
Laki-laki itu mengembuskan napas pelan, dia benci mengetahui orang yang disukai menanyakan laki-laki lain di hadapannya.
"Seharusnya kau tidak melakukan ini, lebih baik kau pergi sebelum pacarmu murka."
"Aku tahu, aku tahu! Tapi kalau tidak begini Juna tidak akan pernah sembuh dari penyakit mentalnya."