Hidup ini terlalu berharga dan perlu diabadikan dengan karya
***
Juna pergi ke pabrik bekas itu semata-mata punya tujuan, ada hal yang harus dia lakukan bukan seperti yang dikatakan Nila sebagai pemuas diri melainkan membalaskan dendamnya kepada orang-orang yang membuat kehidupan adiknya menderita.
Sebagai seorang kakak apa yang bisa dia lakukan jika mendapati adiknya dengan seragam lusuh yang kotor, bekas tangisan di kedua pipinya dan beberapa Poto poraloid di tangannya.
Saat memberikan petunjuk itu di sekolah, yang ada mereka malah menyalahkannya, tidak ada rasa empati sedikit pun di mata para guru atau pun wali kelas, mereka bungkam seakan-akan itu bukan urusan mereka.
Jeni. Adik kecilnya yang lucu pering. Selalu menurut pada orang tua, berbakti pada guru, menyayangi semua orang tapi malah di perlakukan tidak adil. Hukum tidak berlaku, kalau tidak ada bukti. Yang terlihat di foto seakan-akan Jeni yang memotretnya sendiri.
Gadis dengan rambut panjang dan memiliki mata indah itu harus menangis setiap malam, dan paginya berpura-pura menjadi palsu. Tidak berhenti untuk membuat Jeni menangis, orang-orang bejat itu malah menyebarkannya di media sosial.
Hingga kematian Jeni yang frustasi, membuat gosip itu reda dengan sendirinya, tapi tidak dengan Juna. Dia harus kehilangan kewarasannya, mentalnya terganggu, dan itu menyakitkan untuknya.
Orang tuanya bahkan harus membuat rumah sendiri untuk dirinya, membuat dia mencari lingkungan baru dan hidup normal seperti anak remaja lainnya. Tapi itu malah membuat Juna mengambil kesempatan untuk membalaskan dendamnya.
Dia masih mengingat yang diberikan adiknya berupa foto orang-orang yang membuat dia menderita. Juna berhasil membunuh satu orang itu, yang tinggal di daerah kompleks barunya. Namun, saat melakukan aksi kejinya itu malah ketahuan oleh Nila.
Seorang gadis yang lama ia sukai, tapi ia lebih memendam perasaan itu untuk membantu adiknya, alhasil gadis itu malah menghampirinya sendiri dan membuat Juna mencari cara agar bisa memanfaatkan moment itu.