LANGIT

aisyah muharia
Chapter #1

Rembulan

Setiap manusia selalu mempunyai masalah di hidupnya. Tidak ada kehidupan yang berjalan dengan lurus, pasti akan ada saja hal yang tidak kita inginkan terjadi. Seperti kata pepatah kehidupan itu seperti roda yang berputar, tidak selamanya yang di atas akan tetap di atas bisa saja ia akan ke bawah. Ketika satu masalah yang menimpamu sudah selesai, selalu saja ada masalah baru yang menimpa dan begitu seterusnya. Kesenangan hanya bersifat sementara begitu juga dengan kesedihan. Semua pasti akan mendapat waktunya masing-masing.

Terkadang apa yang kita impikan tidak sesuai dengan kenyataan. Dan itulah takdir. Takdir bukanlah suatu hal yang bisa kita tebak. Kehidupan berjalan sesuai dengan takdirnya. Kita hanya bisa menerima dan melakukan yang terbaik semasa hidup ini. Pengalaman hidup yang kita alami bukan menjadi suatu hal untuk kita menyerah tetapi belajar untuk terus bangkit dari keterpurukan.

Langit selalu menemani kita disaat ia terang bahkan gelap. Langit menjadi saksi kehidupan kita, ia selalu melihat apa yang kita lakukan bahkan apa yang kita rasakan. Kesedihan memang menyakitkan, namun dibalik itu semua pasti akan ada jawaban dibalik mengapa kesedihan datang menghampiri kita. Apapun yang tengah kamu hadapi, percaya bahwa Tuhan akan memberi jalan keluarnya, bahkan dengan cara yang tak pernah kamu bayangkan.

-Rembulan Elina Freiska

***

“REMBULAN!!!”

Pekikan suara perempuan dengan ciri khas rambut yang disanggulnya membuat riuh suasana di dalam kelas. Pagi hari ini, seperti biasa salah satu muridnya sedang tertidur pulas di saat jam pelajaran masih di mulai ia adalah Rembulan Elina Freiska.

“Bulan bangun!” teman sebangku bulan sedang menepuk lengannya berkali-kali. Thalea Sabina yang biasa akrab dipanggil sabina tak henti-hentinya membangunkan bulan tetapi hasilnya nihil.

“YA AMPUN BULAN!!!”

“IYA BU SAYA SIAP!” jawabnya dengan lantang dan langsung berdiri dari kursinya. Hal tersebut membuat seisi kelas tertawa akibat tingkahnya.

“Sudah kalian jangan tertawa, kamu lagi siap siap. Kerjaan kamu tuh ya tidur mulu, ingat kamu itu di sekolah untuk belajar bukan untuk tidur, masih pagi lagi. Sekarang kamu harus siap keluar dari kelas juga sekarang!”

“Terus saya kemana bu?” tanyanya dengan polos.

“Ke mie ayam bang Yaman yang didepan juga boleh. Pake nanya lagi mau kemana! Ya terserah kamu, pokonya saya gak mau liat kamu di pelajaran saya.”

“Saya kan gak tau bu mau kemana maka saya nanya ibu kan ibu yang nyuruh saya keluar, nanti saya kemana-mana ibu marah lagi. Malu bertanya sesat dijalan bu.”

“REMBULAN!!! KELUAR SEKARANG JUGA!”

***

Bulan sedang menyeruput teh es yang di pesannya di kantin. Bel istirahat sudah berbunyi beberapa menit yang lalu sedangkan sabina yang berada di sebelahnya sedang melahap batagor yang dibelinya.

“Gila lo ya, gak kapok-kapoknya buat bu Dwi marah.”

Lihat selengkapnya