LANGIT

aisyah muharia
Chapter #3

Langit

“Nama gue Langit Dirgantara.”

Bulan yang mendengar pun langsung duduk tegap dikursinya, langit? Pikirnya dalam hati. 

"Pindahan dari mana?" tanya robi yang merupakan ketua kelas di kelas tersebut. 

"SMA Venus," jawabnya. 

"Kok pindah kesini?" tanya bulan dengan rasa heran. 

"Gue di DO."

"Kok bisa?" suara mungil bulan kembali terdengar. 

Langitpun menghembuskan nafasnya kasar "gue di drop out dari sekolah karna berantem terus temen gue masuk rumah sakit dan keadaannya kritis, udah?" kata langit dengan satu alisnya yang terangkat dan semua siswa di dalam kelas ini hampir ternganga mendengar alasan langit pindah ke sekolah ini. 

Bulan pun meresponnya dengan anggukan dia sedikit tidak percaya.

"Yaudah kalau gitu kamu duduk dipojok belakang sana ya, dibelakang kursi bulan, gak papa kan kamu duduk sendiri?" ujar bu Dwi kepada langit. 

Memang saat ini ada dua kursi yang kosong dikelas ini dan kedua kursi tersebut terletak dibelakang kursi bulan dan sabina, mereka berdua memilih duduk dibelakang karna paksaan dari bulan, baginya duduk dibelakang adalah tempat yang strategis untuk tidur. 

"Gimana langit?" tanya bu Dwi karna langit masih terdiam ditempatnya. 

"Gak papa bu, saya udah terbiasa sendiri." langitpun langsung berjalan kearah kursi tersebut dan duduk disana. 

"Baik semuanya, sekarang kalian lanjutkan tugas kemarin dan hari ini harus dikumpulkan, robi ibu minta tolong kalau sudah selesai semuanya kamu bisa kumpulkan diatas meja saya dan tolong tertibkan kelas ini jangan sampai ribut. Untuk kamu langit, kamu juga harus kumpulkan tugas ini dan tanyakan saja kepada robi kalau ada yang tidak kamu mengerti, kamu harus bisa beradaptasi dengan cepat. Pokoknya hari ini tugas saya harus kalian kerjakan sekarang!" tutur bu Dwi dengan panjang lebar dan setelah itu ia berjalan keluar dari kelas tersebut. 

Langitpun merasa kesal, baru saja masuk sudah diberi tugas. Hari ini dia mau menenangkan diri dulu di sekolah barunya, andai saja kejadian tersebut tidak membuat temannya masuk rumah sakit bahkan sampai kritis, pasti saat ini langit masih di sekolah lamanya dimana sekolah tersebut mempunyai kenangan buruk baginya.

"Oh iya langit jangan lupa lo juga ngerjain tuh tugas kalau ada yang gak lo ngerti tanyain aja ke gue, gue gak mau ngedenger tuh guru ngomel lagi, pusing kepala gue denger ocehannya setiap hari, mentang-mentang gue ketua kelas selalu aja gue di salahin," ujar robi kepada langit dan setelah itu lanjut mengerjakan tugasnya. 

Langit tidak menghiraukan perkataan robi. Ia pun menangkup kepalanya di atas meja dengan kedua tangan sebagai alas, ia memutuskan untuk tidur agar dirinya sedikit lebih tenang. 

Bulan menguap sekali lagi, sepertinya waktu tidurnya belum cukup ia masih merasa ngantuk. 

"Kalo nguap tuh tutup mulut kek, jorok banget sih lo jadi cewek, jangan bilang lo mau lanjut tidur lagi?" tanya sabina yang sudah tahu betul tentang sifat bulan. 

"Tahu aja loh," jawabnya terkekeh. 

"Jangan cari mati deh lo, mending lo lanjutin tugas bu Dwi yang ada ribet ntar urusannya, gak ada kapok-kapoknya lo."

"Biarin aja, gue mau tidur dulu, soalnya gue kepikiran terus sama tuh anak baru, gue mau nanya sama langit apa ada langit berwujud manusia?" ucapnya yang membuat sabina menepuk keningnya. 

***

Rembulan mengangkat kepalanya dan merentangkan kedua tangannya, mungkin waktu tidurnya sudah cukup. Tapi disaat ia merentangkan kedua tangannya tidak sengaja tangan kanannya terkena rambut halus seorang pria dan ia sedikit terkejut. 

"Eh sorry sorry gue gak sengaja," katanya meminta maaf kepada langit karena saat ini langit sedang tertidur dan terbangun karna ulahnya yang tidak sengaja. 

Langit tidak menghiraukan dan melanjutkan tidurnya. 

Bulan menoleh kearah samping tetapi tidak ada sabina ditempat duduknya, ia pun melihat kearah jam yang terlingkar di tangannya, saat ini jam menunjukkan waktu istirahat itu artinya sabina sudah pergi ke kantin duluan dan meninggalkannya.

Bulan mendesis kesal, sudah pasti sabina meninggalkannya karna ia tertidur dengan lelap. 

Bulan menoleh ke belakang dan tiba-tiba ada segelintir ide muncul. 

"Kenalin nama gue rembulan lo bisa manggil bulan."

Langit masih tidak merespon, matanya terpejam tetapi ia bisa mendengarkan perkataan sosok perempuan yang duduk didepan mejanya tersebut. Bulan menghembuskan nafasnya pelan ia pun memberanikan diri untuk membangunkan langit. 

"Langit ke kantin bareng yuk sekalian lo bisa keliling lihat sekolah ini, gue temenin deh," ucapnya sambil menepuk lengan tangan langit agar ia terbangun. 

Langit mengangkat kepalanya, matanya memerah dan tatapannya tajam kearah bulan "berisik lo!"

Bulan sendiripun yang melihat bergidik ngeri, tetapi rasa keberaniannya sangat besar, ia tidak mudah menyerah untuk mengajak langit kekantin bersamanya.

"bentar lagi bel loh, bangun tidur itu enaknya makan mumpung masih ada waktu, pasti perut lo laper minta diisi, habis ini pelajaran guru killer loh dan lo gak bisa bebas tidur lagi, mending sekarang lo ikut gue ke kantin biar nanti belajar ada tenaganya."

Langit bangkit dari duduknya dan melihat kearah bulan "anterin gue ke kantin."

🌙🌙🌙

Bulan berjalan terlebih dahulu sedangkan langit berada dibelakangnya mengikuti arah jalan bulan. 

Banyak tatapan terpesona para kaum hawa saat melihat langit, bulan pun sadar saat ini mereka berdua sedang menjadi objek perhatian murid SMA Angkasa. 

Langit sendiripun memasang muka datar dan tidak melirik kearah perempuan yang sedang mencuri pandang terhadapnya. 

Sesampai di pintu kantin, banyak tatapan tertuju kepada mereka berdua, sampai-sampai ada yang tidak sengaja menjatuhkan minumannya, itu semua pasti disebabkan oleh langit. 

Bulan memilih meja yang ada dibelakang dan menyuruh langit duduk. 

"Lo mau pesen apa? Disini ada bakso, nasi goreng, mie goreng, batagor, siomay, cemilan juga ada pokoknya banyak deh," ujarnya mirip seperti pelayan. 

Lihat selengkapnya