Rembulan turun dari bis tidak lupa ia membayar terlebih dahulu "makasih ya pak," ucapnya ramah.
Ia memasuki gerbang sekolah dan menyapa pak satpam yang sedari tadi berdiri didepan gerbang. Ia melihat kearah parkiran dan motor geral sudah terparkir rapi disana, itu berarti sabina sudah ada kelas. Bulan pun melangkahkan kakinya menuju kelas.
Di koridor kelas 12, banyak tatapan para siswa yang tidak suka melihatnya, tapi ekspresi yang bulan tunjukkan saat ini hanya tersenyum.
"Hei cewek aneh! Pagi ini udah ngomong sama langit?"
"Gimana? Langit ngerespon lo? Mending ngomong sama kucing di rumah gue aja, meong.. meong... Hahaha," ledek para teman-temannya yang memang sudah tahu betul kebiasaan bulan.
"Coba deh sekali-kali lo cek otak lo ke rumah sakit, mungkin ada kelainan," kata karina yang merupakan most wanted girl di sekolah ini, memiliki paras yang cantik, kulit putih bersih, serta tubuh ideal yang diidamkan para lelaki membuatnya mendapat julukan most wanted girl di SMA Angkasa.
Perkataan karina membuat senyum tipis yang ditunjukkan bulan memudar, perkataannya sudah keterlaluan.
Tapi, tiba-tiba seorang cowok yang sebenarnya melihat bulan diejek dari tadi menghampirinya dan merangkulnya. Sontak hal tersebut membuat bulan terkejut dan menoleh kearahnya.
Langit merangkulnya dengan erat dan mereka berjalan beriringan menuju ke kelas. Teman-temannya yang mengejek tadi pun langsung membisu dan terkejut melihat bulan dirangkul oleh anak baru tersebut.
Karina menghentakkan kakinya dan berdecak kesal. Baru kali ini ada seseorang yang membela bulan selain sabina. Ia sendiri pun tau lelaki tersebut adalah anak baru yang di DO karena berkelahi dan membuat temannya kritis di rumah sakit. Info tersebut menyebar luas ke satu sekolah. Hal tersebut membuat para siswa was-was terhadap langit karena menurut mereka berteman dengannya hanya mencari masalah. Begitu juga dengan Karina, melihat langit yang berada di pihak bulan membuatnya merasa cemas. Ia harus mencari cara agar perbuatan dia ke bulan tidak diketahui oleh langit.
Sesampai didepan pintu kelas, langit melepaskan rangkulan tersebut dan langsung masuk kedalam kelas, sedangkan bulan masih membeku ditempatnya. Ia tidak menyangka, baru kali ini ada teman yang membelanya selain sabina.
Sabina yang dari tadi didalam kelas melihat kearah pintu dan terdapat sosok bulan yang masih berdiri disana.
"Lan, lo gak masuk? Bentar lagi bel loh, mau lo diomelin bu Dwi?"
Seketika bulan tersadar dari lamunannya "eh.. Iya," ia pun masuk kedalam kelas menghampiri kursinya dan melihat langit yang sedang menjatuhkan kepalanya diatas meja.
Sabina yang melihat tingkah bulan yang berbeda merasa heran "kenapa lo lan? Aneh banget," ucapnya dan seketika ia tersadar "JANGAN JANGAN LO DI EJEK LAGI?" suaranya sedikit nyaring dan membuat bulan menutup telinganya.
"Udah biasa," jawabnya dan duduk dikursinya.
Sabina sekarang menatap bulan dengan serius "sampai kapan sih lan lo diem mulu? dengan lo diem begini mereka makin seenaknya buat ngeledek lo, bahkan mereka bisa ngelakuin hal yang gak gak, gue gak mau kalo itu terjadi. Coba kek lo ngebela diri, gue gak selamanya selalu disamping lo lan, gue gak bisa terus-terusan ngebela lo sedangkan lo cuman diem dan nampilin muka sok biasa aja padahal gue tau sebenarnya hati lo rapuh denger perkataan mereka."
Bulan mendengar perkataan sabina dengan senyum yang mengembang dan memegang tangan sabina "makasih ya na lo udah care sama gue, gue bisa ngejaga diri gue sendiri, lo gak perlu khawatir."
Sabina memutar kedua bola matanya malas "ini nih yang gue gak suka sama lo, keras kepala banget sih."
Bulan melihat raut muka sabina yang berubah seketika tertawa "udah. Jelek tau bibir lo manyun gitu," kekehnya.
Sedangkan tanpa mereka berdua sadari, seseorang yang berada dibelakang kursinya mendengar percakapan mereka dari tadi.
🌙🌙🌙
Langit dan bulan saat ini sedang berdiri di depan kelas, mereka berdua disuruh bu Dwi untuk maju kedepan karna tidak mengerjakan tugas.
"Kalian berdua kenapa tidak mengerjakan tugas saya? Kamu juga bulan kebiasaan, selalu aja gak pernah ngumpulin tugas, nilai kamu tuh banyak yang kosong, kamu udah ketinggalan jauh sama temen-temen kamu. Ingat bulan kamu udah kelas 12 dan sebentar lagi kamu bakal ujian. Apa perlu saya panggil orang tua kamu?"
Sontak mendengar perkataan itu membuat bulan yang sedari tadi menunduk, mengangkat kepalanya dan menoleh kearah bu Dwi "jangan bu saya mohon, ibu kasih saya hukuman apa aja deh asalkan jangan panggil orang tua saya," katanya ketakutan.
"kamu juga langit kenapa tidak mengerjakan tugas saya? Saya paham kalo kamu anak baru, tapi apa kamu gak bisa langsung beradaptasi sama temen-temen kamu? Kan saya sudah bilang kalo kamu gak ngerti tanyain aja ke robi atau yang lain tapi ini gak ada usahanya."