Langit Aja Gak Pake Bumi

Umi Hani
Chapter #2

Chapter 2

"Serius?" Monki memastikan yang hanya dibalas anggukan oleh Langit.


Monki berdiri dari duduknya, lalu melompat-lompat kesenangan. Sudirjo pun ikut-ikutan karena ia juga tertarik mempelajari bahasa Jepang. Yang lain menggeleng-gelengkan kepala tak habis pikir.


Di bangkunya, Langit mencatut singkong rebus. Melahap makanan itu tanpa beban. Dia melirik teman-teman Monki yang mulai tak se-kaku tadi. Diam-diam ia menikmati keramaian ini.


"Emang mau kerja apa, Mon? Kenapa gak kuliah aja?" Raja buka suara.


Monki menyenggol lengan Sudirjo.

"Kerja apa, Dir?"


"Jadi pelayan restoran Guntur Family," jawab Sudirjo tertawa kencang disusul tawa yang lainnya.


"Ntar si Pak Guntur istrinya tiga." Tawa semakin membahana, sedangkan raut Monki berubah masam.


Guntur adalah bapaknya yang mempunyai tiga istri. Jika dihitung dengan emaknya Monki jadi ada empat. Hanya saja Mak Yoyon—emak Monki—sudah bercerai dengan Pak Guntur sejak Monki kelas 9 SMP. Candaan semacam itu sangat sering ia terima bahkan saat masih sekolah dasar. Mau tak mau Monki harus terbiasa.


Sementara Langit menyeruput kopi. Namun, tiba-tiba ia menyemburkan cairan itu hingga membasahi meja. Keramaian pun berhenti. Semua mata tertuju pada si ketua OSIS yang tengah memejamkan mata seraya menggigit bibir.


"Gue balik duluan!" Langit bangun dengan tergesa-gesa.


Tidak ada yang menyahut. Mereka masih terkejut. Lebih-lebih melihat Langit tampak setengah berlari ke arah motornya. Memutar kunci lalu pergi tanpa melambai.


Sudirjo menyenggol lengan Monki. Seketika pemuda itu menoleh menatap Sudirjo sama bingungnya. Beberapa detik hanya dilalui dengan saling pandang. Lovy tertawa renyah. Ia benar-benar tidak mengerti suasana macam apa ini.


"Positif thinking aja, mungkin si Langit pengen boker," ujar Opan sebelum ikut tertawa.


*


Langit mengirim pesan berupa permintaan maaf kepada Varin. Tadi sore ia lupa dengan ajakannya kepada Varin untuk ke toko kue. Malah asyik di warkop. Sebenarnya, saat ia buru-buru pergi dari warkop, Langit hendak menemui Varin di sekolah. Akan tetapi, kata Pak Nono—satpam sekolah—cewek itu sudah pulang setelah menunggu Langit beberapa menit di depan gerbang sekolah.


Tentu Langit merasa bersalah. Bahkan sekarang cowok berkaos putih dipadu celana hitam selutut itu sedang berpikir, hadiah apa yang bisa ia berikan untuk Varin sebagai sogokan?


Matanya melirik laptop yang terbuka di atas meja belajar. Menggeser kursi agar lebih dekat dengan meja, melepas handphone, dan berseluncur di mesin pencarian Google. Baru mengetik dua kata, jemarinya terhenti.


"Elah, si Varin tinggal gue kasih roti coklat juga beres." Langit tersenyum puas pada ide mendadaknya itu. Selanjutnya, ia menyandarkan tubuh ke sandaran kursi. Tak lupa melakukan kebiasaan menengadah menghadap langit-langit kamar.

"Animasi, ya ...."


Suara ketukan pintu mengusik otak yang tengah berpikir. Langit menghela napas panjang. Bergegas melangkah. Diputarnya kenop hingga menampakkan sesosok pria tinggi besar berkacamata dengan bulu-bulu halus di sepanjang rahang.


Sepupu-sepupu Langit biasa menyebutnya Om Bule karena memang Fico adalah laki-laki yang berasal dari Slovenia. Menikah dengan Lala—mommy-nya Langit yang asli Indonesia—kemudian menghasilkan tiga anak, Langit, Luca, dan Lia.


Lihat selengkapnya