Berhari-hari sudah terlewati semenjak panggilan telepon dari Rumah Sakit, kini suasana hati Lukas mulai sedikit membaik dan teguran keras dari General Manajer membuatnya tak mau lagi gegabah dalam bertindak seperti waktu it, bahkan Lukas yang memang sedari dulu memiliki sikap yang supel tampak sangat mudah mendapatkan kepercayaan atasannya kembali, ia juga berhasil memenangkan hati para rekan bisnis yang Dua Minggu lalu sempat tertunda.
Tentu saja, keberhasilannya tersebut membuat Lukas memperoleh bonus yang besar dan mendapatkan proyek yang jauh sangat penting . Ia langsung dipindahtugaskan sebagai Manajer Perkebunan didaerah Padang Lawas Utara yang berada dipulau Sumatera, kabar gembira itu adalah sebuah hadiah yang sangat ditunggu-tunggunya sejak lama sebab sedari dulu ia selalu memimpikan dirinya mengenyam Profesi sebagai Manajer diperkebunan Sawit dengan statusnya sebagai Alumni Universitas Negeri jurusan Perkebunan.
Dengan suasana hati yang tengah bahagia, Lukas keluar dari kantornya sembari mendengarkan musik menggunakan headset bluetooth yang ada ditelinga kiri , ia terlihat sangat menyukai lagu milik Imagine Dragons dan sepertinya lagu berjudul natural adalah salah satu lagu favorite milik Lukas. Namun begitu tiba diambang pintu kantor mendadak langkahnya langsung terhenti , tatkala saat ia mendapati seorang Pria berperawakan blasteran dengan setelan jas rapi yang tengah menyapa pada Lukas yang saat itu sedang berjalan tepat diambang pintu kantor.
"Anda adiknya Azka, kan?" tanya Pria itu, Lukas enggan menjawab dan hanya melemparkan pandangan tajam saja. Pertanyaan yang diajukan oleh Pria asing itu sangatlah mengganggunya hingga membuatnya tak berniat mendengarkan music lagi dan langsung melepaskan headsetnya sembari berjalan lurus melewati pria itu begitu saja,
"Aku hanya ingin menyampaikan amanat dari kakakmu, Azka" teriak Pria misterius itu, Lukas masih tak perduli dan terus saja berjalan keparkiran mobil sebab memang pada kenyataannya Lukas merasa enggan bila berurusan dengan segala hal yang berhubungan pada sang kakak.
"Hei!" Pria itu menarik tangan Lukas, lalu mencegah Lukas untuk bisa masuk kedalam mobil.
"Tolong dengarkan aku, dulu! Aku ini teman kakakmu" tukas pria itu yang mulai kehilangan kesabaran.
"Maaf, aku gak punya kakak" ucap Lukas tajam, "Kau salah orang!”sambungnya.
"Aku tahu kau berbohong dan jujur aku sangat perlu berbicara denganmu, mungkin kau bisa datang kerumah sakit ini!" Pria itu menyerahkan sebuah kertas kepada Lukas.
"Aku gak punya waktu, mohon maaf!"
"Aku akan menunggumu sampai kau datang, soalnya ini penting dan aku harap kau tidak mengacuhkan hal ini!" Pria itu menepuk bahu Lukas, ia mungkin memiliki usia yang sama dengan Azka yang sudah berkepala tiga dengan kumis tebal yang membuatnya tampak terlihat seperti wajah india.
"Oh iya, namaku Ahmad. Teman kantor kakakmu di London." ucap Pria yang ternyaat bernama Ahmad itu, kali ini Ahmad hanya tersenyum saja dan langsung pergi membiarkan Lukas diselimuti oleh perasaan penasaran.
"Ah, sudahlah..."gumamnya, lalu menaiki mobil tanpa memperdulikan segala hal yang disampaikan Ahmad barusan. Akan tetapi selama diperjalanan pulang, Lukas malah terjebak macet yang cukup panjang ditengah kota.
Hiruk pihuk kota Medan membuatnya merasa mulai bertambah kesal sebab sudah hampir setengah jam lamanya Lukas tak kunjung sampai rumah dan masih saja berada dipersimpangan jalan raya ditengah kemacetan.
Kini ia mulai merasa sangat bosan, rasa dahaga juga telah menghantui kerongkongannya dan nahasnya sedari tadi tak ada satupun pedagang kaki lima yang memperlihatkan diri disekitaran jalan raya. Hingga tak sengaja, mata Lukas tertuju pada secarik kertas yang dia lempar dibangku jok sebelah.
Dengan rasa penasaran, Ia langsung mengambil kembali kertas itu dan mengamati alamat Rumah Sakit tersebut yang anehnya entah itu memang hanya sebuah kebetulan saja atau tanpa disadari Lukas kalau memang ini adalah takdir yang sengaja diterimanya, ia tak menyangka kalau alamatnya saat ini adalah alamat dari kertas tersebut dan memang beberapa ratus meter kedepan terdapat sebuah Rumah Sakit Swasta Andhika yang tertera jelas dikertas tersebut.
Tentu saja kejadian hari ini membuatnya semakin ragu, ia cukup lama berlarut dalam pikirannya ditengah kemacetan tersebut sampai tak terasa mobilnya mulai melaju sedikit demi sedikit mendekati rumah sakit itu yang semakin membuatnya bimbang sebab ia ingin segera pulang kerumah dan mengistirahatkan diri saja , tetapi kejadian kali ini membuatnya sedikit ragu kalau memang bisa saja sebenarnya sang takdirlah yang memang menginginkan Lukas untuk masuk kedalam rumah sakit itu.