Mobil Lukas yang berhenti tepat disalah satu rumah yang ada diperumahan PKS mengundang banyak perhatian banyak orang, termasuk dengan seorang pria yang tampak senang atas kehadiran Lukas begitu lukas turun dari mobilnya. Tentu saja pria itu langsung berjalan cepat kearah lukas dengan senyuman senang walaupun pesta sudah berakhir setengah jam yang lalu dan menyisakan sekumpulan tetangga yang amsih ngobrol - ngobrol ringan dan beberapa anak-anak seusia Abil yang masih sibuk bermain disana.
"Wah akhirnya Bapak datang juga, kami kira bapak gak datang loh makanya si iwan siap-siap bungkusin nasi kotak buat dianatar kerumah bapak" Ucap Ramah Pak Baim, ia memang satu-satunya orang yang menyambut baik kehadiran lukas yang kini lebih dikenal manajer baru sombong oleh banyak divisi.
"Gak perlu repot-repot juga sih sampe bawa nasi kotak segala kerumah" Lukas tampak acuh seperti biasanya, ia terlalu sulit memberikan respon yang baik terhadap kebaikan hati orang lain .
"Paman, Ini kita dimana? kok kedengarannya rame banget?" Tanya Abil yang langsung memberikan beribu pertanyaan begitu turun dari mobil dengan bantuan tongkat bantunya ia mendekati lukas.
"Kalau gak salah ini keponakannya ya pak?" Tanya Pak Baim, lukas hanya mengangguk saja .
"Salam kenal om" Abil mencoba mencari-cari tangan Baim , untungnya baim langsung peka dan memberikan tangannya pada abil yang langsung disalam hangat oleh anak itu.
"Om itu asisten manajernya paman kamu, panggil aja om Baim"
"Baik om baim, makasih ya udah mau jadi temannya paman" Ucap Abil blak-blakan yang membuat lelaki tua itu tersenyum senang.
"Malam pak, orang bapak dan abil sudah makan kah?" Tanya Iwan yang mendadak muncul, pria yang tadi siang mengundang lukas untuk datang kepesta adik perempuannya.
"Udah kok, gak usah repot-repot" Ucap lukas bohong dan terkesan cuek sembari melirik abil yang tidak terlalu fokus mendengarkan obrolan orang dewasa ini.
"Yaudah pak, yuk ikut gabung bareng kami kesana" Pak baim menunjuk kearah kerumunan pria tua dan beberapa pria lajang yang saling berbicara keras diteras rumah.
" Duluan aja, nanti saya nyusul" Ucap lukas yang seakan-akan tidak terlalu tertarik untuk bergabung kesana.
"Baik pak" Jawab Baim yang memang tak bisa juga memaksa lukas , jadi tanpa bisa memaksa lukas akhirnya kedua pria itu langsung kembali ke teras rumah dan kembali mengobrol .
"Kenapa paman gak mau gabung dengan om Baim? kan om-om itu pada baik" Ucap Abil.
"Tujuan kita kesini buat nyari teman untukmu" Lukas langsung menarik tangan Abil, keduanya berjalan kearah kerumunan anak laki-laki seusia abil yang sedang asyik bermain kelereng .
"Kalian lagi main apa? keponakan om boleh ikut gabung?" Tanya Lukas, kelima anak itu saling membisu dan memandang satu sama lain, tak ada yang berani menjawab untuk beberapa saat karena merasa cukup asing dengan kehadiran orang baru.
"Om itu orang baru disini ya?" Untungnya ada salah satu anak yang memberanikan diri bertanya pada lukas, dengan wajah datarnya lukas mengangguk saja .
"Jadi Abil boleh main sama kalian?" Tanya Lukas lagi, malahan ia lebih seperti orang yang sedang memerintah dibandingkan bersikap ramah yang membuat kelima anak itu hanya mengangguk saja tanpa berani membantah.
"Yaudah, Om titip abil sama kelen ya " Lukas langsung menatap kearah abil, "Paman tunggu dimobil ya"
"Kok dimobil, harusnya paman itu gabung sama teman-teman paman kayak om baim dan yang lainnya"
"Yaudah mendingan sekarang kamu puasin kenalan sama anak-anak ini" Lukas langsung pergi meninggalkan abil dengan anak-anak karyawan yang sedang bermain kelereng itu, sedangkan ia mau tak mau mencoba bergabung dengan kumpulan pria yang ada diteras rumah meskipun ia menyadari beberapa sorot mata yang tak senang atas kehadirannya.
"Wah sini gabung pak!" Ajak Baim yang menyambut senang lukas, termasuk iwan yang mulai sedikit terbuka akan kehadiran lukas. Cukup lama lukas bersabar mendengarkan segala macam topik pembicaraan para pria dewasa itu yang selalu saja direspon datar olehnya, ia memang tak biasa mengobrol terlalu lama dengan orang lain selain hanya pada saat rapat atau membicarakan bisnis dan pekerjaan.
"Jadi gimana rasanya tinggal dikebun pak?" Tanya salah satu karyawan bengkel yang tugasnya bukan diperkebunan sawit melainkan dibagian bengkel seperti memperbaiki alat traktor sawit dan sebagainya.
"Biasa aja sih"Jawab Lukas datar, tentunya jawaban ia membuat suasana pada saat itu ikut datar juga dan terlihat kecanggungan yang mulai timbul diantara mereka.
"Kenapa? jawaban saya salah?" Tanya lukas balik saat melihat keheningan dianara mereka, sembari sesekali ia melirik kearah anak-anak itu dan betapa terkejutnya ia tatkala melihat abil ditolak keras sampai tersungkur ketanah oleh salah satu dari kelima anak itu.
Dengan penuh kekesalan dan rasa panik, lukas langsung berlari kesana dan membantu abil berdiri dan tanpa pikir panjang ia mengeluakan umpatan kasar kepada anak-anak itu yang mana tentunya membuat anak-anak itu juga ikut menangis dan berlari menghampiri orang tuanya kedalam rumah adiknya pak iwan.
"Kau gak apa-apa? " Tanya Lukas sembari membersihkan tangan abil yang dipenuhi pasir dan betapa marahnya ia saat melihat siku kanan keponakannya itu luka lecet.