"Pak, Bangun pak!" Suara asing membangunkan lukas yang tidak sengaja tertidur di depan teras rumah, lukas tampak sedikit linglung dan langsung berdiri.
"Ah? Astaga, udah jam berapa ini?" Lukas tampak panik, dengan kondisi masih setengah sadar pria itu langsung melihat kesekitar yang mana saat ini mentari sudah memperlihatkan cahayanya.
"Tadi pas mau berangkat kesini sih udah jam setengah delapan pagi pak"
"Serius? " Tanya Lukas kaget, tidak biasanya ia bakal kesiangan seperti ini. Pria misterius itu hanya mengangguk saja dengan sebuah gunting pemotong rumput ditangannya.
"Astaga, yaudah kalau gitu. Oh iya kau ini siapa ya?"
"Saya Lukman pak, tukang kebun diperumahan staff"
"hmmm..ini buat kamu karena udah bangunin saya" Lukas mengeluarkan uang selembar bewarna merah dikantong bajunya dan segera ia berikan pada tukang kebun bernama pak lukman itu.
Lukas kembali masuk kerumahnya, ia buru-buru berlari kekamar mandi untuk memebrsihkan diri dan mengganti pakaian. Untungnya lukas adalah orang cekatan sehingga ia tidak terlalu banyak menghabiskan banyak waktu, begitu selesai berpakaian kerja segera pria itu memasukan laptop kedalam rasnsel kerjanya dan berjalan kekamar abil yang masih tertidur lelap.
Lukas langsung membuka gorden jendela kamar abil dan membangunkan keponakannya itu, sembari tetap mengetik sesuatu dihandphonenya untuk mengabari tentang keterlambatannya. Namun sebelum pesan itu sempat terkirim mendadak namanya dipanggil oleh abil yang mmebuat pusat perhatiannya beralih kepada abil yang baru saja terbangun.
"Paman, Mau pergi kerja?" Tanya abil yang memang tidak tahu kalau saat ini pamannya telah terlambat pergi bekerja, ia bangkit dari tempat tidur dan mengambil posisi duduk diatas ranjang sembari berusaha menggenggam lengan kemeja lukas.
"Iya, Kau nanti makan roti aja ya yang ada dikulkas . Soalnya paman udah terlambat kerja jadi gak sempat masak "
"Paman, Boleh gak hari ini paman gak usah pergi kerja? " Lukas hanya diam sejenak, ia bisa melihat raut wajah abil yang penuh harap kepadanya.
"Aku kesepian sendirian dirumah, tapi kalau paman memang gak bisa yaudah gak apa-apa kok" Perkataan Abil membuat lukas ragu untuk menolaknya, ia hanya mengiyakan saja dan mengelus rambut anak itu.
"Ya udah, satu hari ini aja ya?"
"Iya paman, makasih ya paman" Abil terlihat senang dan langsung memeluk lukas yang membuat pria kaku itu tertegun saja .
"Yaudah, paman ganti baju dulu dan kamu bisa nunggu dimeja makan ya supaya kita bisa sarapan pagi bareng" Lukas berjalan ke kamarnya , sebelum mengganti pakaiannya tak lupa ia mengirimkan pesan ijin tidak masuk kerja dan jika diamati kembali sepertinya ini adalah pertama kalinya ia tidak masuk bekerja sebab biasanya prinsip lukas itu adalah pekerjaan adalah prioritas kedua yang paling penting setelah sang bunda dan kini tanpa ia sadari bahwa pria itu telah menjadikan abil sebagai prioritas keduanya dan menempatkan pekerjaan sebagai prioritas ketiganya semenjak kemarin malam.
"Kau ingin susu atau teh hangat?" Lukas berjalan kedapur seusai mengganti kemejanya dengan kaos rumah sembari menyiapkan dua buah gelas .
"Terserah paman, mulai sekarang aku gak bakal mengeluh lagi kok"
"Baguslah kalau gitu" Lukas tidak memperlihat ekspresi apapun, walaupun sebenarnya bila ia memperlihatkan raut wajah tersenyum ataupun marah takkan bakal diketahui oleh abil juga karena memang kenyataannya abil tidak dapat melihat sama sekali terkecuali bila lukas memperlihatkan emosinya dengan berbicara mungkin abil akan menyadari hal itu.