Sore ini tampaknya langit cukup bersahabat dengan hembusan angin yang berhembus kencang seolah-lah sedang menari riang, Keributan dari beberapa anak-anak yang sedang bermain sepeda ditaman dan para orang tua yang sedang membawa balitanya untuk melihat keindahan air mancur sekaligus jalan-jalan sore ditaman yang ada dipusat perkebunan atau lebih tepatnya sebelum memasuki kawasan staff.
Lukas memparkirkan mobilnya disudut taman, lalu seperti biasa ia melihat sekeliling untuk mencari keberadaan vasya yang saat itu tengah duduk di pondok yang menjadi satu-satunya tempat berteduh ditaman itu . Ia langsung menarik tangan abil mendekati vasya yang juga melihatnya sembari melambaikan tangan kearah mereka.
"Hai, ini pasti abil ya?" Tanyanya Ramah, sikapnya langsung berubah menjadi lembut dalam sekejap bila berurusan dengan anak-anak dan lukas yang memang sudah mengenal vasya cukup lama hanya berusaha mempertahankan wajah datarnya itu.
"Selamat sore bu" Ucap abil yang berusaha mencari-cari tangan vasya untuk disalamnya, untungnya saat itu vasya langsung peka dan memberikan tangannya sendiri untuk disalam abil.
"Kamu memang anak yang baik ya, yaudah yuk kita duduk dulu!" Vasya meraih tangan abil dan mengajaknya duduk, lalu dengan penuh ceria ia mengajak anak itu mengobrol , meskipun abil hanya menjawab singkat dan tidak terlalu bersemangat untuk meresponnya. Lukas yang juga berada disebelah abil hanya berusaha menjadi pendengar saja mengamati interaksi antara vasya dan abil.
" Jadi kalau ibu boleh tahu, abil suka mata pelajaran apa?" Tanya Vasya yang sebelumnya sudah memperkenalkan diri namun tidak terlalu direspon antusias oleh abil.
"Aku paling suka pelajaran Sejarah" Jawab abil yang masih sedikit canggung dan ragu, namun dengan cepat vasya mencairkan suasana kembali.
"Hebat dong, kalau ibu tebak pasti abil suka ya yang berhubungan dengan hafalan? " Abil mengangguk, kini ia mulai antusias merespon apa yag dikatakan vasya.
"Ibu tahu gak, sejarah itu ilmu pengetahuan yang sangat menyenangkan dan bagi abil melalui sejarah , abil bisa mengetahui dan membayangkan segala hal yang terjadi dimasa lampauserta kita juga bisa menambah wawasan tentang kejadian atau peristiwa dimasa lalu" Jelas abil penuh percaya diri, bahkan kini ia mulai sedikit terbuka untuk berinteraksi dengan vasya.
"Wah abil anak yang cerdas banget ya, ibu bangga deh sama abil " Vasya memberikan kedua jempolnya ketelapak tangan abil agar anak itu bisa mengetahui kalau saat ini ia sedang memberikan jempol hebat pada anak itu.
"Duah jempol plus buat abil dari ibu guru, pasti mendiang papa dan mama abil bangga deh sama abil" Abil mengangguk senang.
"Papa selalu bilang kalau abil itu anak yang cerdas, dan papa juga pernah bilang kalau abil itu memiliki kecerdasan dalam mengingat kayak mama dan paman . terus tahu gak bu, kata papa suatu hari nanti abil bisa jadi..." Ia tidak melanjutkan perkatannya dan hanya menunduk saja.
"Kenapa bil? kok berhenti ngomongnya?"
"Abil lupa kalau abil udah gak bisa bermimpi lagi, abil gak bisa membaca buku-buku sejarah lagi dan abil juga gak bisa nonton film sejarah kayak dulu atau menceritakannya didepan kelas setiapkali mata pelajaran sejarah masuk" Gumam abil yang cukup mengiris hati dua orang dewasa yang ada didekatnya itu, lukas yang sangat paham betul apa yang dirasakan keponakannya itu segera meminta berjongkok didepan abil .
"Bil, kata siapa kau gak boleh bermimpi ?" Tanya lukas, lalu melirik keraah vasya. "Semua orang itu bisa bermimpi kok, ya kan bu guru?" Vasya hanya mengangguk setuju dan mengiyakan perkataan lukas sembari menggenggam jemari kiri abil.
" Setiap anak yang yang ada didunia itu terlahir spesial, termasuk juga abil. Walaupun saat ini abil dikasih cobaan sama tuhan tapi bukan bearrti abil harus menyerah , justru melalui kekurangan abil ini harusnya abil tetap semangat dong buat meraih impian abil dan membuktikan sama paman dan ibu guru kalau abil itu hebat kayak yang dibilang papa dan mama"
"Ibu guru benar banget, kalaupun memang kenyataannya kau itu gak bisa merubah masa lalumu ataupun takdirmu sekarang ini tapi bukan berarti kau harus menyerah dan merengek kayak gini . Malahan melalui kekuranganmu ini kau bisa berusaha lebih keras lagi dan mengatur segala planning yang lebih tepat buat mencapai impianmu itu"
"Aku gak ngerti maksudnya paman" Ucapnya polos, yang membuat vasya tersenyum berbeda dengan lukas yang langsung duduk diposisinya kembali dengan wajah datar bercampur malu. Sebenarnya ia hanya ingin menasehati keponakannya itu tetapi nasehatnya malah lebih terkesan sedikit kasar.
"Jadi maksudnya paman itu, abil harus semangat buat mengejar impian abil dan tidak menyerah karena kami tahu kok kalau abil itu anak yang kuat dan pemberani" Abil hanya diam saja, tidak memebrikan reaksi apapun bahkan ia juga tidak mengangguk sama sekali.
"Makasih ya buat paman dan ibu guru" Hanya kata itu saja yang dapat diutarakan abil, tak ada yang bisa mengetahui isi pikiran abil saat ini. Ia juga tak ingin berterus - terang dalam menyampaikan seluruh yang dirasakannya saat ini, bukan karena tidak ingin namun ia merasa sangat sulit mengatakan kalau ia bukankah anak pemberani dan kuat seperti yang disampaikan vasya, baginya ia hanyalah anak manja yang selalu bersembunyi dibalik kamar dan selalu takut menerima kenyataan.
"Pak lukas, ngapain disini?" Tanya Salah satu rekan kerja lukas yang tak lain ialah pak bima yang saat itu ditemani oleh Iwan.