Momen makan malam bersama keluarga adalah momen yang sangat dinantikan oleh semua orang, bahkan hal itu sudah menjadi sesuatu yang tidak lagi langka dan kegiatan wajar bagi kebanyakan orang. Namun bagaimana momen tersebut menjadi sesuatu hal yang sangat langka dan hanya dirayakan setiap pembagian semester saja, seperti yang dirasakan oleh Lukas saat ini.
Bagi keluarganya, makan malam bersama keluarga hal yang paling penting dan cukup langka untuk dilakukan dikarenakan memang ayahnya yang terlalu sibuk bekerja dan banyak menghabiskan waktu sendirian dikamar terkecuali bila akhir semester seperti malam ini.
Ini adalah perayaan makan malam keluarga yang kesekian kalinya bagi lukas, namun malam ini cukuplah berbeda seperti makan malam sebelum-sebelumnya dimana pada semester ini ia berhasil meraih peringkat 1 secara umum ditingkat SMP padahal statusnya saat ini ialah siswa baru kelas 7 , tentunya hal itu adalah sesuatu hal yang sangat membanggakan oleh semua orang tua yang ada di dunia ini.
Namun harapannya perlahan-lahan kandas saat ia menerima kenyataan kalau tak sekalipun kata pujian yang biasanya dilontarkan ayah pada Azka tertuju pada dirinya, bahkan sejak tadi ayah hanya memuji azka secara terus-menerus tanpa sekalipun melirik kearah lukas padahal sebenarnya ayah sudah tahu kalau putra keduanya itu telah mendapatkan peringkat seperti yang diharapkannya dulu.
Dengan wajah yang sangat kesal, lukas menyudahi makannya dan menjauhi piring yang masih bersisa ketengah meja.
Bunda yang saat itu posisinya berada dihadapan lukas langsung menyadari kekesalan putra bungsunya itu. Ia langsung menegur ayah dengan cukup tegas karena memang dulu ayah pernah berjanji pada lukas bakal memujinya bila ia berhasil mendapatkan peringkat 1dikelas dan juara 2 secara umum.
"Pa, lukas juga dapat peringkat 2 secara umum loh disekolah! " Namun sama sekali tak ada Reaksi yang diberikan ayah , ia hanya memasang wjaah datar dan kembali mengalihkan perhatiannya pada Azka.
"Pa, aku udah nepatin janji ke papa buat juara 1" Ucap lukas memberanikan diri untuk mengatakannya secara langsung pada ayah sembari masih berharap mendapatkan pujian sang ayah.
"Wah hebat banget dong luke, gimana pa? Luke kita pintar kan kayak papa dan kakaknya" Azka terlihat senang atas pencapaian lukas, ia memang berada satu sekolah dengan lukas dikarenakan yayasannya menggabungkan SMP dan SMA dilingkungan yang sama, namun belakangan ini Azka sibuk bimbingan belajar dan fokus persiapan diri untuk mengikuti beasiswa kuliah keluar negeri sehingga ia tidak terlalu memperhatikan perkembangan lukas akhir-akhir ini , padahal biasanya ia adalah orang pertama yang akan mengetahui tentang segala hal yang terkait dengan Lukas.
"Oh baguslah, yaudah lanjut lagi makannya terus kamu belajar lagi" Jawaban datar dari ayah membuat lukas sedikit kecewa, ia merasa sangat hancur karena telah berharap secara berlebihan kepada ayah yang kini malah kembali memuji dan memberikan nasihat serta motivasi pada Azka. Tentunya tak menutup kemungkinan, lukas merasa cemburu pada kakak laki-lakinya itu dan dengan penuh kekecewaan remaja SMP itu langsung berlari kekamar tanpa perduli dengan bunda yang berusaha memanggilnya.
"Papa ini gimana sih? Lukas juga butuh kasih sayang ayahnya apalagi pujian dari papa" Bentak bunda yang sangat kesal saat ini, ia sampai ikut berdiri dan membentak suaminya yang hanya diam saja dengan posisi tenang menyantap makan malam.
"Dia bukan anak kandungmu, jangan terlalu perdulikan dia" Gumamnya tanpa rasa bersalah.