LANGIT BIRU

Safinatun naja
Chapter #28

FLASHBACK (3) AKHIR DARI PERSAUDARAAN

Lukas berlari terburu-buru memasuki kawasan SMA yang memang berada disebelah kawasan SMP dengan tujuan untuk menemui kakaknya , ia terlihat sangat marah dan merasa kesal seakan-akan kakaknya telah melakukan sesuatu hal yang salah. Dengan langkah yang cepat sembari menggenggam beberapa poster ditangannya, ia berusaha mencapai kelas azka yang berada di ujung lantai pertama tanpa memperdulikan tatapan siswa lain yang menatap jijik kearahnya.

"Kak Azka!!!!" Teriak lukas begitu memasuki ruang kelas Azka, saat itu azka hanya terduduk lemas dikursinya sembari menundukkan kepalanya dengan wajah datar.

Lukas yang kehilangan kesabaran langsung melemparkan poster itu kehadapan Azka, dan melempar meja yang menghalanginya dengan keras tanpa perduli apapun.

"Apa benar isi dari Poster itu? Kalaupun memang benar, apa perlu banget ya di tempelkan kesemua mading sekolah ? Tanya lukas yang sudah sangat geram, azka hanya diam saja dan bangkit dari kursinya. Ia bisa melihat tinggi lukas yang kini sudah setinggi bahunya dan tatapan lukas yang dipenuhi kebencian.

"Iya, kau memang bukan adikku" Jawab Azka datar, ia tak menunjukkan ekspresi apapun selain wajah datar tanpa dosanya, Lukas yang cukup geram langsung mendaratkan kepalan tangannya kewajah azka yang malah nahasnya langsung ditangkis oleh Azka.

"Jangan mendaratkan tanganmu kewajahku, memang itu kenyataannya luke jadi kau gak perlu marah sama sekali" Perkataan azka barusan langsung disambut setuju oleh beberapa teman kelas Azka yang kebetulan ada didalam kelas dan beberapa murid SMA yang memenuhi pintu kelas.

"Anak hasil perselingkuhan ngapain marah? Lagian kau harusnya bersyukur orang tua Azka mau mengasuhmu!!!" Ujar Fian yang merupakan Salah satu teman sekaligus saingan kelas azka yang tampak tersenyum menyaksikan momen ini disusul juga oleh Ujaran-ujaran kebencian dari beberapa murid lainnya.

"Aku membencimu, lukas... Aku sangat membencimu, jadi pergilah dari hadapanku!!!!" Bentak Azka yang langsung menekuk keras tangan lukas sebelum akhirnya mendaratkan pukulan kewajah lukas.

"Kau harusnya bersyukur menjadi adikku, bukan malah melakukan hal bodoh seperti ini !!! Memangnya aku gak punya hak mempermalukanmu? Harusnya kau bersyukur mengetahui kebenaran ini jadi aku gak perlu buang-buang waktu menyembunyikan semuanya darimu!!!!" Teriak azka yang sudah meluap, ia bahkan semakin kesal saat melihat lukas menatapnya penuh kebencian.

Lukas yang sudah tak lagi dapat mengontrol emosinya, dan suara tawa setiap orang mulai menggema ditelinganya membuat ia memukul kembali azka dengan brutal , namun anehnya azka sama sekali tidak menghindar atau melawan kali ini Seakan-akan ia tengah membiarkan lukas meluapkan kebencian padanya.

"Lawan dong azka, masa kau biarkan adik tirimu memukulmu seenaknya!!! Apa perlu kami bantu, AZ?" Ucapan ari membuat wajah lukas menjadi semakin membara dan dengan cepat ia memukul lukas sampai terjatuh dan mulai melakukan kekerasan fisik berulangkali sampai lukas tergeletak dilantai kelas dengan wajah yang banyak berlumuran darah dan lebam-lebam.

"Memang apa salahnya mengatakan kebenaran? Palingan kau hanya dipermalukan dan dikucilkan beberapa tahun ini jadi kau gak ada hak buat marah padaku!!!" Teriak azka yang terus-menerus memukul lukas sampai membuatnya babak belur.

Lukas yang merasa kesakitan spontan berteriak mengeluarkan rasa sakitnya, kini bukan hanya sakit diluar akibat pukulan fisik saja yang ia rasakan, namun luka didalam hati semakin parah setiapkali ia mendengarkan perkataan azka yang tidak berhenti memprovokasinya.

"Harusnya kau sadar kenapa papa gak pernah memujimu, karna dia malu punya anak sepertimu!!!!" Teriaknya lagi yang menambah semangat dan antusias para siswa lain, tak ada satupun siswa yang menghentikan perkelahian mereka saat itu seakan-akan naluri kemanusiaan mereka telah hilang begitu saja. Setidaknya hal itulah yang pertama kali dilihat oleh lukas, padahal saat itu dirinya telah merintih kesakitan dengan tatapan mata yang butuh pertolongan.

"Kenapa kau melakukan ini, kak? Kenapa? " Lirih lukas yang merasa sulit menerima kenyataan atas perbuatan kakak laki-laki yang sangat dipercayainya ini, namun bukannya menjawab pertanyaan lukas malahan azka terus menerus memukul lukas dengan keras.

Untungnya kejadian itu berhasil dihentikan oleh beberapa guru yang langsung merelai Azka dari lukas bersamaan dengan kedua mata lukas yang perlahan terpejam dan tidak sadarkan diri.

Setelah kejadian itu , kini ikatan persaudaraan diantara keduanya mulai putus bersamaan dengan kepercayaannya lukas terhadap azka dan pemberhentian azka dari sekolah karena kasus kekerasan terhadap adiknya yang saat itu masih berstatus siswa SMP, tentu saja pemberhentian azka dari sekolah membuat ayah marah dan untuk pertamakalinya ia bertengkar hebat dengan bunda dimalam itu . Malam yang menjadi terakhir kalinya lukas dan bunda melihat wajah datar Azka dan pilihan tersulit bunda.

"Kau harus memilih tinggal dengan anak itu atau ikut kami keluar negeri?" Tanya ayah pada bunda yang berusaha menahan ayah, saat itu azka sama sekali tidak berekasi dan hanya terdiam menuruti ayah .

"Aku mohon!!! Kita bisa memperbaiki kembali keluarga ini, jadi tolonglah bertahan disini atau kalau memang harus pindah berarti bawa sekalian lukas dengan kita" Bunda berusaha memelas sembari menangis kencang dihadapan suaminya tetapi ayah yang sata itu sangat keras kepala dan merasa malu akan kejadian disekolah tak bisa memaafkan hal itu, ia merasa harga dirinya terluka saat statusnya sebagai ketua komite orang tua harus mendengarkan kabar buruk tentang aib keluarganya dan pemberhentian azka dari sekolah yang mana padahal saat ini Azka merupakan murid kelas 12 SMA.

"Gak bisa!!!! Aku tak sudi membawa anak itu dengan kita!!! Harusnya kau sadar itu, kehadirannya membuat banyak masalah dan sekarang kau malah mempertahankannya. Ingatlah, anakmu itu azka bukan dia!!!" Bentak ayah, tetapi bunda masih tetap teguh dalam keputusannya dan bahkan ia sampai terduduk lemas dilantai sembari memeluk erat ayah yang juga berwatak keras kepala .

"Hey Lukas!!!! Kau membuat bunda tirimu memelas seperti ini dan kau malah asyik-asyiknya bersembunyi didalam kamar... Keluar kau sekarang dan hadapi aku!!!! " Teriak ayah sekeras-kerasnya sampai suaranya dapat terdengar oleh lukas yang bersembunyi ketakutan dibalik kamar .

"Lukas masih SMP jadi wajar dia ketakutan, kau jangan pernah menyalahkan dia !!!" Bentak bunda pada ayah.

"Kau masih bisa-bisanya membela dia!!! Yasudah kalau gitu kuputuskan mulai sekarang kita cerai!!! Kau urus saja anak kesayanganmu itu sedangkan aku bakal urus anak kita"

"Apa-apaan kau ini?" Bunda mulai berdiri dan menampar pipi ayah, ia telah kehilangan kesabaran pada sikap ayah.

"Harusnya aku tak pernah memaafkanmu dari dulu!!!" Bentak bunda, bunda langsung memeluk erat Azka dan berusaha menahannya.

Lihat selengkapnya