Lukas mengamati sekali lagi kertas yang berisikan alamat rumah tersebut dengan aplikasi maps yang ada di handphonenya, sekilas ia melirik kesebuah rumah besar yang ada diseberang jalan . Ia cukup ragu untuk sekedar turun dari mobil dan bertanya pada satpam yang menjaga rumah tersebut.
"Mobil kita berhenti ya paman?" Tanya Abil yang mulai menyadari kalau mobilnya berhenti .
"Bentar ya" Jawab lukas, lalu ia mengumpulkan tekadnya untuk segera turun dari mobil dan bertanya langsung pada satpam itu.
"Pak, saya mau nanyak" Ucapnya , satpam itu kebetulan saja cukup ramah dan malah membukakan pagar sebelum menjawab pertanyaan lukas.
"Nanyak apa ya mas ?"
"Alamat dikertas ini memang betul alamat rumah ini kan? " Tanyanya ragu, lalu sisatpam memeriksa ulang kertas itu sembari mengangguk setuju.
"Memang benar mas, memang ada apa ya mas ?"
"Jadi gini pak, saya mau ketemu sama pemilik rumah ini yang namanya Fian "
"Oh, Mas fian ya ? " Lukas mengangguk saja.
" kebetulan mas fian baru aja pindah ke sini, sekarang mas fiannya ada didalam bareng mbak Asti. Tapi kalau boleh tahu mas ini siapa ya ?"
"Boleh tolong bilang samanya kalau aku ingin ketemu, bilang aja kalau aku ini Azka dan punya keperluan dengannya " Pak satpam hanya mengangguk saja tanpa menyadari kalau lukas sedang berbohong.
" Baik mas , saya tanyak dulu ya . Mas bisa nunggu didepan pos saja ya sebentar"
"Saya nunggu diluar aja, lagian anda gak curiga kalau bisa aja saya pencuri "
"Dari wajah dan sikapnya, saya tahu kok kalau mas itu orang baik dan lagian mas itu bilang kalau mas kawannya majikan saya , jadi saya gak enak hati dong kalau gak ngajak mas masuk" Pak satpam membuka pagar cukup lebar dan mempersilahkan lukas masuk.
Tetapi bukannya masuk, lukas malah tetap berdiri didepan pagar.
"Gak usah, saya nunggu dimobil aja selagi anda menemui fian" Teguhnya, pak satpam hanya bisa mengalah saja menuruti kemauan Lukas . Ia langsung pergi menghampiri fian kedalam rumah sedangkan lukas segera menghampiri abil kembali didalam mobil .
"Tadi paman ngapain ?" Tanya abil.
"Cuman nanyak arah doang " Jawabnya singkat, lalu menyalakan musik selagi menunggu kabar dari satpam itu, dan tak beberapa lama pak satpam menghampiri mobil.
"Yuk mas, kata mas azka langsung kedalam aja " Lukas langsung turun dari mobil sambil menggendong abil menuju pos satpam yang ada didalam rumah fian.
"Pak, saya titip keponakan saya bentar ya"
"Baik mas" Ucap pak satpam dengan ramah.
"Jangan lama - lama ya paman!" Ucap abil.
"Iya, kau sama paman satpam dulu ya" abil hanya mengangguk saja lalu menuruti apa yang dikatakan lukas padanya.
Lukas berjalan tenang memasuki rumah itu, ia tidak terlalu tegang yang mana malahan wajahnya tak bisa menyembunyikan perasaan amarah terhadap fian. Bukan karena fian yang memanfaatkan kakaknya, melainkan karena ia membenci fian yang juga dulu ikut serta menghujatnya saat itu.
Begitu kakinya melangkahkan kaki memasuki rumah tersebut, ia bisa melihat ekspresi wajah bingung fian yang saat itu tengah duduk dikursi roda.
"Siapa kau ? Kau itu bukan si Azka ?" Bentaknya yang sangat kaget, sampai - sampai adik perempuannya yang bernama asti itu langsung menghampiri fian.
"Ada apa bang ?" Tanya asti.
"Dia bukan teman abang, cepat usir dia dek" Perintah fian, perkataan fian saat itu mengingatkan lukas pada sosok pria yang juga ikut memprovokasi azka saat itu.
" Kau asti kan ? Dulu kita satu angkatan jadi gak perlu menganggap aku ini orang asing" Ucap lukas, begitu melihat asti berjalan maju menghampirinya dan benar saja , asti langsung menghentikan langkahnya dan menatap bingung kearah lukas seperti emncoba mengingat kembali sosok pria yang ada dihadapannya itu.
"Aku Lukas, anak hasil hubungan gelap yang selalu kalian hina saat disekolah dulu" Ucap Lukas yang membuat fian terkejut .
"Jadi kau adiknya si azka ? Apa maumu kesini ? " Bentak Fian.
"Iya, ngapain kau kesini ?" Tanya Asti.
"Aku ada urusan sama abangmy, jadi mendingan kau gak usah ikut campur dan lebih baik tinggalkan kami berdua disini"
"Kau yang harusnya pergi dari sini !"
"Aku akan pergi kalau sudah menyelesaikan urusan ku dengannya , mendingan kau memikirkan pesta pernikahanmu saja daripada mengurusi urusan orang lain" Perkataan pedas lukas membuat asti kesal dan berteriak memakinya.
"Asti, lebih baik kau tinggalkan kami berdua saja dek" Ucap fian yang mencoba menenangkan adiknya, asti yang memang sangat menyayangi kakaknya hanya bisa menurut saja walaupun sebenernya ia ingin sekali menarik rambut pria menyebalkan seperti lukas.
"Baik bang, tapi kalau ada apa - apa panggil aja asti ya" Asti langsung pergi kembali kedalam rumah, kini dkruang tamu hanya menyisakan lukas dan fian saja.
"Duduklah!"
"Gak perlu, kau saja yang lebih baik duduk karena aku tahu kau gak bakal sanggup buat berdiri lagi" Sindiran lukas membuat fian tak bisa menyembunyikan kekesalannya, tapi apalah yang bisa dilakukannya saat ini selain hanya mengumpat dan memecahkan vas bunga yang ada dihadapannya sebagai bentuk ekspresi kemarahan pria itu.
"Apa maumu ? Kau ingin menghinaku ? "
"Aku ingin bertanya, apa yang kau lakukan padanya waktu itu sampai - sampai ia tega mempermalukanku ?" Tanya lukas dengan tatapan tajam .
"Harusnya kau tanyak aja sendiri sama dia, ngapain nanyak sama aku"
"Dia sudah meninggal, dan gak pernah sekalipun memberikanku kesempatan untuk mendapatkan jawabannya"
"Kalau kakakmu yang bodoh itu gak mau ngejelasin kebenarannya sama mu, ngapain juga aku ngejawab ? Aneh, lebih baik sekarang kau pergilah dari sini "