Malam sudah semakin larut, sehingga Lukas memutuskan untuk menginap sekali lagi di kisaran, tetapi begitu lukas memberitahu abil sontak anak itu langsung menolak mentah - mentah tawaran lukas padahal saat ini mobil mereka sudah terparkir di hotel.
"Kita nginap di mobil aja " Bantah abil.
"Paman ngerti kok kenapa kau takut menginap di hotel lagi"
" Bolehkan paman ?" Tanya Abil.
"Aduh kepala paman sakitlah, boleh sih tidur dimobil asalkan kau pijat kening paman ya ? "
"Berapa menit, paman ?"
"Hmmm...15 Menit aja deh atau 30 menit?
"Janganlah paman, udah 15 menit aja ya "
"Oke , kalau gitu kita cari pom bensi terdekat dulu ya" Lukas cuman tersenyum dan meninggalkan parkir hotel.
" Nanti di pom bensin, kita beli es krim ya Paman ?"
"Boleh, tapi tambah 5 menit lagi pijetannya "
"Iya deh gak apa-apa" Wajah cemberutnya membuat lukas tersenyum senang karena menjahili keponakannya itu.
" Udah nyampe ya paman ?" Ia mulai merasakan mobil yang sudah berhenti.
"Iya, kau maunya es krim rasa apa ?"
"Strawberry "
"Ya udah, bentar ya tunggu sini dulu" Lukas berjalan menuju mini market dan membeli dua buah eskrim, Air mineral, dan beberapa snack coklat sebagai makanan ringan dan mengganjal perut.
Walaupun mereka sudah makan tetapi bisa saja sewaktu - waktu mereka bakal meeasa lapar lagi, jadi lukas ga perlu repot-repot turun dari mobil hanya untuk beli snack.
"Nih es krimmu" Lukas memberikannya pada abil, ia langsung melahap es krim corong itu sembari tak lupa mengucapkan terimakasih pada pamannya.
" Paman juga ikut paman, biar habis ini langsung aku pijet" Ucapnya yang memang tidak keberatan sama sekali, padahal dulu lukas selalu saja mengeluh kalau disuruh memijat azka setiap kali ia mengajukan permintaan.
Lukas langsung membuka plastik es krimnya dan ikut menikmati es krim tersebut, sesekali ia membersihkan sekitaran mulut azka yang kotor karena es krim dengan tisu.
"Kau ini makan berserakan" Keluh lukas setiap saat , tetapi dibalik keluhannya itu ia malah terlihat perhatian pada abil.
Lukas memang tak mengerti alasan sebenarnya azka menitipkan abil kepadanya, yang jelas kini ia mulai paham mengapa anak ini disebut sebagai harta berharga yang dimiliki Azka.
Demikian juga bagi lukas saat ini, ia merasa kalau abil merupakan keponakan berharga yang dimilikinya dan rasanya ia bakal melakukan apa saja untuk abil meskipun tak jarang ia selalu kesal dan marah - marah pada anak itu.
Maklum saja memang sudah wataknya yang mudah sekali emosi dan berbicara kasar pada orang lain, jadi banyak orang yang tidak dapat menebak apa yang sebenarnya dirasakan oleh lukas didalam hatinya.
"Aku udah selesai makan es nya, berarti tinggal pijatin paman kan ?"
"Boleh, paman juga udah selesai dari tadi " Lukas langsung menurunkan jok kursi kebelakang dan sedikit rebahan lalu membiarkan abil mengurut keningnya walaupun sama sekali tidak terasa pijetannya tetapi lumayan cukup menyenangkan rasanya sampai membuat lukas setengah tertidur. Namun baru saja memulai tiba - tiba abil mengeluh kelelahan dan menyudahi pijetannya.
"Udah ya paman, abil capek..." Keluhnya, lukas cuman bisa cengar-cengir saja dan mengiyakan anak itu .
"Padahal tadi paman udah mau tertidur " Keluh lukas juga yang pura-pura kesal.
"Oh iya paman, boleh gak abil minta satu keinginan lagi ?" Tanyanya.
"Memangnya apa ?"
"Boleh gak malam ini abil nelpon om ahmad ?" Tanyanya, tetapi lukas hanya diam saja dan berusaha mencari alasan untuk menghindari hal itu .
"Besok aja ya"
"Kenapa besok ?" Tanyanya, "Paman gak suka ya sama om ahmad ? Memangnya apa salah om itu, paman ?" Pertanyaan Abil membuat lukas merasa bingung, ia juga sebenarnya Gak punya alasan kenapa tidak menyukai ahmad tetapi entah kenapa bawaannya malas saja bila harus berurusan dengan teman dekat kakaknya itu.
"Paman bukannya gak suka sih, cuman ini udah malam dan gak bagus juga kan nelpon malam - malam gini jadi besok aja ya"
"Nelpon nenek gak boleh, nelpon om ahmad juga gak boleh" Keluh abil yang membuat lukas kalang kabut, pasti ada saja keributan kecil diantara mereka setiap saat padahal tadinya lukas berniat memanjakan abil tapi malah mempeributkan hal kecil seperti ini.
"Bukannya gak boleh, cuman belum saatnya kau menelepon nenek"
"Kenapa ? "
"Oke gini aja, paman bakal berterus-terang samamu, jadi kau bebas mau tetap nurut sama paman atau enggak" Abil ikut menyimak.
"Bundanya paman... maksudnya nenek itu belum terlalu sehat kali, jadi belum bisa diajak telepon kelamaan dan kalau dia nelepon kau pastinya dia bakal senang dan habisin banyak waktu gimana? Kan kasihan nenek " Ucap Lukas yang terpaksa berbohong, ia terpaksa melakukannya karena tak mau ibunya sakit bila mengetahui kenyataan tentang keadaan Azka, walaupun sekarang ia berusaha memaafkan semua kesalahan azka dan menerima kenyataan kalau azka dan abil adalah bagian dari keluarganya namun rasanya sulit sekali memperbaiki tali yang sudah lama diputusin olehnya, ia bimbang dan ragu harus mulai darimana untuk memperbaiki semua ini dan bagaimana caranya ia mempertemukan abil dengan bunda tanpa melibatkan kenyataan kalau azka sudah lama pergi. Tidak mungkin juga lukas harus memohon pad aabil untuk berbohong dan mengatakan kalau orang tuanya masih hidup, hal itu sama saja menyakiti perasaan abil untuk kesekian kali hanya untuk membahagiakan dan memberi harapan palsu pada bunda.