Langit Cinta Kota Fukuoka

A. FADHIL
Chapter #5

Sebuah Pertemuan #2

Can I sit here? Apa boleh saya duduk di sini?” Gadis itu bertanya. Reyhan yang sedang asyik melahap makan siangnya terjeda. Kepalanya mendongak, melihat orang yang bicara padanya. Jantungnya berdegup lebih cepat, seperti ada yang tidak biasanya tetapi ia berusaha tampak biasa.

Ah, douzo. Sure. Tentu, silakan,” ujar Reyhan. Reyhan tampak sedikit bingung karena melihat lawan bicara sekilas seperti orang Jepang namun dengan pede menyapanya dengan bahasa Inggris.

Thank you. Terima kasih.”

Gadis itu menarik kursi dan duduk. Ia mengeluarkan wadah makanan miliknya. Ia menundukkan kepalanya dan diam sejenak sambil memejamkan matanya, seperti berdoa. Setelah itu ia membuka wadah bento-nya yang berisi sendiri sushi gulung (makizushi), sejenis sushi dengan potongan beberapa sayur di tengah yang dibalut nasi dan rumput laut kering (nori). Keduanya saling menyantap makan siang. Beberapa menit berlalu tanpa ada percakapan lagi setelah tadi mungkin karena masing-masing tampak canggung dan sungkan untuk memulai obrolan. 

Reyhan melahap makan siangnya sampai habis. Selesai minum, ia mengemasi mejanya dan hendak beranjak dari meja itu. Ia sekilas menatap kembali wajah seorang gadis yang duduk hampir persis di depannya. Rambut hitam kecokelatannya tergerai hingga ujungnya bersandar hampir ke dadanya. Poni tipis di wajahnya turun melewati alis. Lipatan di kelopak matanya padu dengan wajah putih ovalnya yang terhias kosmetik tipis.  

“Sepertinya saya pernah melihat kamu sebelumnya. Apa kamu juga dari gedung 4?” Gadis itu kembali bertanya dalam bahasa Inggris, memulai percakapan dengan suara halusnya.

“Iya, lab saya ada di gedung 4. Lab Prof. Yamada. Kalau kamu?” Reyhan balik bertanya. Reyhan mengurungkan sejenak niatnya untuk meninggalkan ruangan itu.

“Saya di lab Prof. Miyamoto di lantai 3." 

Reyhan mengangguk. Memang wajah gadis itu rasanya juga tidak asing baginya. 

“Berarti lab kualitas dan kebijakan pangan ya?”

“Iya, betul. Kamu tahu ya lab Prof. Miyamoto?”

“Teman sekamarku dulu di Asrama Kashiihama juga di lab itu,” jelas Reyhan. 

“Oh iya? Siapa namanya kalau boleh tahu?” Gadis itu sedikit penasaran.

“Hang, dari Harbin, Cina, dia mahasiswa program doktoral”

“Oh ya, aku tahu. Dia memang satu lab denganku,” gadis itu mengangguk kecil. 

“Boleh tahu namamu siapa?” Reyhan bertanya.

“Oh, tentu. Yuka Nakamura”

“Ah, Nakamura-san” kata Reyhan.

“Jangan panggil Nakamura, panggil saja Yuka,” pinta gadis itu.

Is it okay?” Reyhan agak sangsi.

Sure, call me Yuka. Tentu, panggil saja Yuka,” ucapnya.

Lihat selengkapnya