Langit Cinta Kota Fukuoka

A. FADHIL
Chapter #10

Hikmah Dari Masa Lalu #1

Tengah hari, dua orang dari Kyushu University Foreign Student Association (KUFSA), Christian dan Abdelmalek, berjalan menuju ke kantin di lantai dasar gedung 1 Fakultas Pertanian. Dari pintu masuk itu, dua orang itu berbelok ke arah kanan menuju ke kantin kampus Hakozaki. Siang itu, suasana di tempat itu cukup ramai. Banyak yang hilir mudik dan berbincang ringan dan lepas sambil menikmati makan siang. Kedua orang itu memerhatikan sekitarnya dan melihat Reyhan, Haekal, dan Pak Heru yang sedang ngobrol santai di sudut kanan dari meja putih panjang di kantin itu. Mereka lalu menghampirinya.

Hi guys, maaf mengganggu waktu kalian. Kami berdua dari KUFSA dan mau mengabarkan kalau sebentar lagi kami mau mengadakan event ke Nagasaki awal Maret nanti. Ada yang berminat?” Christian menyodorkan brosur kegiatan yang ia dimaksud. Mereka baru saja menempelnya di papan pengumuman yang ada tepat sebelum pintu masuk kantin. Karena Abdelmalek adalah rekan satu asrama Kashiihama Haekal, ia pun tak segan untuk datang menghampiri.

“Wah menarik sekali,” jawab Haekal. Dua orang lainnya, Reyhan dan Pak Heru juga ikut manggut-manggut pertanda setuju.

“Info detailnya ada di sini. Perorang hanya dikenakan biaya 2500 yen, cukup murah karena kita menggunakan bus kampus. Ada tiga tempat yang akan dikunjungi, Museum Bom Atom Nagasaki, Dejima, dan Glover Garden. Pastinya kalau kalian ke sana sendiri dengan transportasi umum akan lebih mahal dari ini, jadi kami sangat merekomendasikan untuk ikut kegiatan ini.” Abdelmalek mencoba meyakinkan tiga orang lawan bicara di hadapannya.

Ketiga orang itu kembali manggut-manggut. Abdelmalek menangkap sinyal positif kalau tiga orang itu tertarik untuk bergabung.

“Kursinya terbatas, jadi first come first serve (siapa cepat dia dapat) ya. Maksimal hanya 100 orang dan kami prioritaskan mahasiswa asing yang baru. Kalau kuota masih ada baru untuk mahasiswa asing lain dan mungkin juga mahasiswa Jepang, jika mereka berminat,” Christian menambahkan.

Okay, pastikan segera daftar sesuai petunjuk ini ya dan kalau ada apa-apa, Haekal punya kontak saya. Feel free to ask me. Jangan sungkan untuk hubungi saya. Oh ya, tolong bagikan info ini juga ke komunitas mahasiswa Indonesia ya. Mungkin informasi dari kami tidak sampai ke mereka.” Abdelmalek menyudahi penjelasannya.

Okay brother, kami di sini sih sepertinya tertarik untuk ikut. Ya kan Pak, Rey?” Haekal ingin mengkonfirmasi bahasa tubuh persetujuan dua orang rekannya saat mendengar penjelasan Abdelmalek.

“Ya, tentu,” jawab Reyhan

“Saya juga belum pernah kesana jadi mau juga hehe,” sambung Pak Heru.

Great. Bagus. Sampai ketemu nanti kalau begitu. Pasti tidak akan menyesal. See you. Sampai jumpa!” Christian pamit.

Assalamualaikum.” Abdulmalek mengucapkan salam dan ikut pamit.

Mereka berdua pun berlalu ke arah kiri menuju bagian dalam kantin mencari mahasiswa internasional lain. Reyhan, Haekal dan Pak Heru meneruskan santap siangnya.

“Selain museum bom atom, dua tempat lain itu apa sih?” Reyhan bertanya.

“Wah saya juga belum tahu, sama-sama belum pernah. Pertama kali dengar malah, hehe. Yang penting sih jalan-jalan aja mumpung murah ini kan,” jawab Pak Heru.

“Jadi kenapa aku tertarik karena Nagasaki itu termasuk kota yang unik. Dari beberapa buku yang aku baca, Nagasaki itu termasuk salah satu kota penting yang ratusan tahun lalu menjadi satu-satunya titik yang diperbolehkan untuk terjadi aktivitas perdagangan dan pertukaran informasi antara orang asing, Belanda, Portugis, Cina, dengan orang Jepang. Masa itu Jepang kan sedang menerapkan dengan ketat politik isolasi, jadi tidak ada yang boleh masuk dan meninggalkan Jepang demi menjaga keutuhan Jepang dan pengaruh budaya luar terhadap Jepang. Selain itu, kita juga bisa melihat sisa-sisa peninggalan bencana kemanusiaan yaitu bom atom. Pokoknya aku sudah terbayang kalau nanti dijamin akan asyik deh, ya minimal kalau nggak tertarik dengan sejarah bisa jalan-jalan. Kapan lagi ya kan,” ungkap Haekal.

“Baru kali ini lihat Haekal serius jawab pertanyaan. Biasanya selalu saja ada plesetannya hehe,” ujar Reyhan.

“Betul juga,” ujar Pak Heru.

Mendengar itu, mereka bertiga terkekeh-kekeh lalu melanjutkan makan siangnya. Haekal memang tampak bersemangat karena Sejarah menjadi salah satu topik kesukaannya. Cocok dengan apa yang akan ditawarkan di perjalanan itu nanti.

***

“Hai, kamu ikut juga?” Suara halus menyapa dari belakang Reyhan saat ia sedang asyik menatap layar ponselnya menunggu balasan dari Haekal.

Eh iya. Yuka ikut juga?” Reyhan berusaha menyembunyikan rasa kaget dan balik bertanya.

“Aku kan memang komite KUFSA, bagian dari panitia juga.”

“Wah aku pikir komite KUFSA itu cuma mahasiswa asing saja, seperti nama organisasinya.” Reyhan sedikit terkejut.

“Ada juga yang mahasiswa Jepang sebagai staf lokal karena banyak kegiatannya yang perlu berhubungan dengan pihak kampus, masyarakat lokal jadi butuh yang fasih berbahasa Jepang dan bisa berbahasa inggris.”

“Oh begitu.”

“Kamu sendiri?”

“Ini bareng sama yang lain juga, cuma sepertinya masih di jalan.”

“Oh baiklah. Sudah tahu pembagian busnya?”

Lihat selengkapnya