Langit Cinta Kota Fukuoka

A. FADHIL
Chapter #11

Hikmah Dari Masa Lalu #2

Putaran roda bus yang sangat laju tadinya kini mulai melambat sampai kemudian tercekat dan berhenti sempurna. Beberapa orang yang terlelap, sebagian sudah terbangun sedari tadi. Sebelum bus sampai di lokasi tujuan tadi, koordinator rombongan bus 1 dari KUFSA sudah mengumumkan agar semuanya bersiap-siap karena sebentar lagi bus akan tiba di Museum Bom Atom Nagasaki. Bus itu dan dua bus lainnya terparkir di dekat sebuah monumen anak sekolah dan guru yang dibalut warna cat keemasan. Monumen itu konon dibuat untuk mengabadikan lebih dari 5800 anak sekolah dan 100 guru yang menjadi korban jiwa dari dahsyatnya ledakan bom atom di Nagasaki tahun 1945 silam. 

Seorang laki-laki berkacamata dan perempuan yang berpakaian kasual menghampiri rombongan mahasiswa dari Universitas Kyushu di pintu masuk museum. Abdelmalek dan beberapa orang lainnya dari KUFSA tampak berdiskusi sebentar dengan mereka berdua. Tak lama setelah itu, Abdelmalek mengumumkan bahwa dua orang yang mereka hampiri tadi yaitu Noguchi dan Yamasaki dari Universitas Nagasaki, hari itu akan jadi pemandu untuk rombongan selama mengunjungi Museum. Rombongan kemudian berjalan bersama menuju ke pintu masuk museum.

Setelah berada di dalam gedung, Reyhan meraba-raba saku celananya. Ia tidak mendapati barang yang ia cari. Reyhan lalu memberitahu Haekal bahwa ia akan kembali ke bus sebentar untuk mengambil barang tersebut. Ia yakin jika barang yang ia lupa bawa itu ada di tas sandangnya. Sesampainya di parkiran bus, Reyhan melihat Ono-san duduk di dekat bus sambil meregangkan badan yang penat sehabis mengendarai bus dari Fukuoka. Reyhan lalu menghampirinya.

Gomennasai, wasuremono arimasu. Maaf, ada barang tertinggal,” ucap Reyhan.

Hai, douzo. Iya, silakan. Tidak dikunci.” Ono-san mempersilakan Reyhan masuk ke dalam bus.

Tangan Reyhan dengan cekatan mengambil sebuah kamera digital dan memasukkannya ke dalam kantong celananya. Setelah itu, ia keluar dan hendak kembali menuju rombongan yang sudah berjalan menuju ruang utama museum. Di depan pintu bus itu Adian menghadangkan badannya dengan muka yang terlihat emosi.

“Kamu punya hubungan apa sih dengan Yuka?”

“Maksudmu?”

“Pake ngeles lagi. Udah deh jangan sok-sok deketin Yuka. Lagakmu udah kebaca dari beberapa bulan ini.”

“Serius. Ini apa maksudnya?”

“Yuka itu punyaku dan kami akan rencana menikah dalam waktu dekat ini. Jadi jangan coba dekati atau ganggu dia mulai sekarang. Malu! jadi laki-laki punya harga diri sedikit bro,” ucap Adian dengan nada merendahkan. 

Reyhan awalnya sempat sedikit terpancing tapi kemudian ia sadar ini bukan tempat yang tepat untuk berdebat panjang.

Lo, aku nggak tahu sama sekali tentang ini dan aku juga nggak merasa mendekati Yuka dengan sengaja.”

“Oh jadi maksudmu malah Yuka yang coba deketin kamu? Pede sekali.”

“Oke oke gini, aku tidak mau ikut campur urusan kalian. Yang jelas aku tidak pernah berusaha mendekati Yuka dan kalau kalian berdua memang berencana menikah bukannya tidak perlu ada yang dikhawatirkan kan?”

Muka Adian berubah jadi agak kecut.

“Udah nggak usah banyak ngomong. Jangan pernah dekatin Yuka lagi. Kalau kamu mampu deketin yang lain aja, jangan ngambil kesempatan dalam kesempitan aja bisanya.”

Reyhan tidak ingin menggubris perkataan Adian. Ia memutuskan untuk pergi dan buru-buru menuju ke museum, bergabung dengan rombongan yang lain. Namun, seraya berjalan ke dalam gedung, di pikirannya masih terngiang-ngiang sesuatu yang diucapkan Adian tadi. 

“Apa benar Yuka dan Adian sedekat itu sampai akan rencana menikah? Kok sepertinya tidak ada gelagat atau isyarat ke arah sana dari Yuka selama ini.” 


***

Tanggal 9 Agustus 1945, tiga hari setelah kota Hiroshima luluh lantak dilumat oleh bom nuklir pertama Amerika Serikat. Namun, belum ada tanda-tanda Jepang ingin menyerah dari pihak sekutu di perang dunia ke-2 yang panjang itu. Di hari itu, tak berlebihan jika dianggap bak neraka datang ke bumi bagi orang-orang Nagasaki. Ada sebuah kerangka jam dinding yang terlihat usang berasal dari sebuah rumah di Motofuna-machi yang berjarak 2.8 km dari titik bom dijatuhkan. Pada jam itu, jarum jamnya tepat menunjuk dan berhenti pada pukul 11:02, waktu persis bom nuklir plutonium Nagasaki dijatuhkan. Jam dinding itu akan jadi pengingat bahwa seakan-akan waktu berhenti dan merenggut nyawa ribuan orang yang menjadi korban. Potongan sejarah itu diabadikan di salah ruang pameran utama peninggalan peristiwa bom atom Nagasaki. 

Suasana ruang itu tampak gelap tetapi setiap benda yang dipamerkan sudah dilengkapi dengan penerangan yang sangat memadai. Pengunjung benar-benar diperlihatkan bagaimana kerusakan yang terjadi akibat ledakan itu. Mulai dari pakaian yang terkoyak compang-camping, botol kaca yang meleleh, tumpukan piring melekat satu sama lain karena terbakar, serta sebuah tempat bekal makanan anak sekolah yang dilahap api dengan makanan di dalamnya menghitam menjadi arang. Ngeri dan pilu. Di bagian tengah ruang pameran ada sebuah peta kota Nagasaki dalam bentuk tiga dimensi yang bertujuan menggambarkan dengan jelas lokasi ledakan tersebut dan wilayah yang ikut terdampak di sekitar hypocenter, titik yang berada tepat di bawah ledakan bom atom. Ada tiga layar yang dipasang untuk menampilkan gambar dan penjelasan dari tiap kejadian seirama dengan apa yang diilustrasikan di dalam peta tersebut. 

Lihat selengkapnya