Langit Cinta Kota Fukuoka

A. FADHIL
Chapter #24

Tuduhan #1

“Bu, dia orangnya baik, agamanya juga baik, dan ksatria gitu.”

“Mirip-mirip superhero gitu Nak?”

Ah Ibu, aku serius.”

“Kamu yang menggambarkannya seperti itu. Sudah berapa menit kamu terus mengulang-ulang nama itu terus.”

“Apa kamu yakin dia juga punya perasaan yang sama ke kamu?”

“Nah itu yang buat aku bingung Bu. Soalnya dia nggak ada tanda-tanda sama sekali ke arah sana. Setiap diajak ngobrol, ia hanya menjawab seperlunya.”

“Jadi bagaimana sekarang?”

“Aku malah mau nanya Ibu sama Abah. Soalnya aku juga bingung.”

Yo berarti orangnya harus ditanya dulu kan?”

“Iya.”

“Ya sudah nanti Ibu dan Abah bicarakan. Kalau kamu sendiri tanya langsung sama orangnya bagaimana?”

“Malu Bu.”

Lo kok, anak S3 katanya masih malu-malu gini gimana toh?”

Ih nggak ada hubungannya kali Bu mau S1 atau S3. Ini urusannya beda soalnya.”

“Kalau kamu malu menanyakan langsung, minta tolong sama teman aja yang bisa kamu percaya. Minimal kalau nanti dia menolak, kamu tidak langsung nggak enak.”

“Boleh begitu Bu?”

Lo, kenapa tidak? Kan Sayyidah Khadijah dulu begitu ke Rasulullah tapi jangan uring-uringan kalau ternyata orangnya tidak mau ya.”

“Yah kok gitu. Iya deh. Mau gimana lagi.”

“Gitu dong. Minta sama Allah agar ksatria yang lain biar dikirimkan ke Fukuoka. Kan Allah pasti punya banyak yang seperti itu.”

Ah Ibu,” ucap Reina manja pada Ibunya.

“Nak, gimana S3-mu?” Ibunya bertanya hal yang lain.

“Sejauh ini sih lancar Buk, baru tahun pertama juga. Sebagian besar masih banyak melanjutkan riset dari S2 kemarin sambil merancang riset lanjutannya, tapi, Sensei-ku kok jadi tambah rajin ngasih tugas sekarang, aku jadi mumet juga sama tugas akhir-akhir ini.”

“Syukurlah kalau lancar-lancar. Mungkin Sensei-mu sudah menganggap kamu lebih dewasa sekarang dibandingkan dengan waktu S2 dulu.”

“Mungkin memang begitu Buk. Lagipula memang syarat untuk jadi doktor lebih sulit dibandingkan dengan master kemarin. Buk, masa’ kemarin saja, di labku ada yang males-malesan banget orangnya, jarang masuk lab dan penelitian malah bisa lulus S2 coba. Kan aneh banget. Enak banget dia nggak ngapa-ngapain dapet gelar aja. Ih.” Reina tak bisa menyembunyikan kesalnya.

“Bisa gitu Nak? Mungkin kamu yang nggak tahu kali.”

Ih, nggak buk. Aku kan termasuk anak rajin jadi tahu siapa yang sering penelitian atau nggak.”

“Sudah sudah ah, gelar yang didapat dari sekolah itu kan akan kita pertanggungjawabkan, apakah kita layak menerimanya atau tidak, bukan hanya saat ujian tapi juga setelah itu.”

 

***

Lihat selengkapnya