Tertangkapnya Matsumoto tidak serta merta membuat kasus ini selesai. Polisi kini mengembangkan proses penyelidikan berdasarkan informasi yang berhasil mereka dapatkan dari hasil interogasi dan pengakuan Matsumoto. Radikalisasi yang terjadi pada Matsumoto dianggap dapat menjadi pintu masuk untuk menelusuri orang atau kelompok yang bertanggung jawab atas hal itu. Imam Omar juga ikut dimintai keterangan oleh Polisi. Namun, Imam Omar merasa takut bukan dirinya yang secara pribadi menjadi target dari fitnah ini. Pikirannya tidak bisa lepas dari Reyhan. Ia akan sangat bersalah jika ada orang lain yang malah ikut terseret ke dalam kasus ini.
Di apartemen Reyhan, suara ketukan pintu terdengar jelas. Reyhan bersiap untuk membuka tapi ketika ia mendengar obrolan kecil dibalik pintu itu, tangannya ia tangguhkan untuk meraih gagang pintu itu. Ia mengintip dari lubang intip di pintunya apartemennya. Ia melihat setidaknya 5 orang polisi dengan seragam lengkap berada di luar. Degup jantungnya berlari kencang. Ketukan pintu itu kemudian terdengar lagi. Kali ini ia persis di balik pintu itu. Sepertinya ia tidak punya pilihan selain membuka, minimal menanyakan apa maksud kedatangan mereka tanpa berpikir lebih jauh akan hal menakutkan lain yang akan terjadi.
“Konnichiwa. Selamat siang. Kami dari Kepolisian Kota Fukuoka, apakah benar Anda bernama Reyhan Muhammad?” Polisi yang berbicara itu menyodorkan kertas dengan nama Reyhan yang tertulis di dalamnya dalam huruf latin dan huruf katakana.
“Betul, saya Reyhan Muhammad. Ada perlu apa?”
“Kami membawa surat perintah untuk meminta Anda ikut bersama kami ke kantor polisi saat ini juga.”
“Untuk apa? Ada masalah apa?”
“Kami ingin meminta keterangan Anda karena dalam proses penyelidikan kami untuk kasus dengan terduga pelaku Matsumoto, ia berulang kali mengucapkan bahwa ada orang lain yang memotivasi dan menginspirasi dirinya untuk melakukan tindakan kriminal tersebut.”
“Dan itu saya maksudnya?”
“Benar, itu informasi yang kami terima darinya. Oleh sebab itu kami harus meminta keterangan Anda di kantor sekarang.”
“INI FITNAH KEJI! Saya tidak mungkin menyuruh dia berbuat seperti itu!”
“Anda bisa menyampaikan ini secara lengkap di kantor. Mari ikut kami sekarang”
“Tidak!”
“Jika Anda menolak maka kami bisa melakukan pemaksaan dan Anda mungkin akan lebih dicurigai lagi. Jika Anda bisa kooperatif kami akan perlakukan dengan baik dan membantu Anda sampai proses ini selesai.”
Reyhan terhenyak sejenak. Dalam pikirannya, jika ia menolak mungkin situasi akan lebih rumit ke depannya. Mungkin cara terbaik adalah ia ikut dan bekerja sama. Toh, tidak ada yang perlu ditakutkan karena ia sama sekali tidak pernah melakukan apa yang dituduhkan.
“Bagaimana?”
“Apakah ini akan lama?” Nada bicara Reyhan menurun.
“Kami tidak tahu, ini semua tergantung seperti apa nanti informasi yang Anda berikan.”
“Baiklah, beri saya 10 menit untuk bersiap.”
“Baik, kami akan menunggu di luar. Anda tidak perlu membawa kendaraan.”
Reyhan meminta waktu itu sebenarnya untuk memberi tahu pada beberapa orang tentang keadaannya saat itu. Ia menelpon Imam Omar kemudian Haekal. Ia awalnya ingin memberi tahu keluarganya di rumah namun ia tangguhkan karena Reyhan tidak ingin membuat mereka terbebani memikirkan keadaannya. Ia memasukkan beberapa barang ke dalam tas sandang dan mengganti pakaian yang ia pakai.