Langit dan Adel

Rahmah Mia Amanda
Chapter #6

BAB 6. Penyerangan Sekolah

"Kalian kenapa ngejauhin gue?" tanya Adel pada Shafaa dan Alya. Adel sudah jarang membuli, tidak mempunyai mood yang baik sejak pindah ke rumah Ayra. Entah karena sudah tidak punya backingan dari papanya atau malah sudah ingin tobat? Entahlah, intinya Adel jadi malas untuk melakukan kegiatan yang biasanya menjadi rutinitasnya di sekolah hampir setiap hari.

Alya memutar bola matanya malas, “Lo miskin dan nggak selevel lagi sama kita.”

"Lo udah nggak mampu nge-Mall bareng kita," tambah Shafaa.

Adel memang sudah tidak bisa seperti itu lagi, sudah tidak bisa ke Mall setiap hari dengan uang bulanan ia yang pas-pasan seperti sekarang ini. Adel tidak pernah bilang pada dua temannya, tapi pasti mereka akan sadar sendiri akan perubahannya.

"Kok kalian gitu?" tanya Adel. Gampang sekali mereka berkata, lupa kah kalau yang mensponsori kesombongan mereka adalah Adel?

"Ya emang kita gini. Mau main sama yang selevel doang," jawab Shafaa lalu mengajak Alya pergi meninggalkan Adel.

Jleb! Adel memandangai punggung kedua temannya yang semakin berjarak, sama seperti pertemanan mereka. Tentu saja Adel merasa terkhianati, ia tidak punya teman sekarang.

Sudah miskin, sendirian pula. Miris bukan? Beruntung siswa lain belum tahu kalau ia sudah tidak kaya lagi.

Sejak saat itu, Adel selalu iri ketika melihat kebersamaan teman-teman Ayra, walaupun sebenarnya Ayra masih di bawah tekanannya tapi sudah tidak ada gunanya juga. Jadi, Adel membebaskan Ayra untuk bersama teman-temannya lagi.

Seperti hari ini, hari pengambilan raport yang berisi lalu lalang para orang tua siswa. Adel hanya duduk sendirian di taman sekolah, menunggu mamanya mengambilkan rapotnya.

"Di sini banyak setannya, nggak usah ngelamun!" kata Langit yang melintas di dekat Adel.

Adel tersenyum kecut, “Gue kan set*n yang lo maksud?”

"Lo manusia," kata Langit lalu pergi dari sana. Langit tidak bersama emaknya jadi ia jalan-jalan agar tidak bosan. Teman-temannya sedang mendapat omelan dan pujian sesuai hasil rapot mereka dari para orang tua. Kebetulan Langit melintas di sini dan agak kasihan melihat cewek tukang buli ini sekarang jadi pendiam.

Adel tidak menghiraukan Langit, setelah melihat mamanya keluar dari kelas, Adel pun beranjak dari duduknya.

*****

"Nilainya baik semua kok, Ayra sama Adel kan pinter," ucap mama Sindi saat Kak Ervan bertanya mengenai nilai istri dan adiknya. Mereka sedang berada di dalam mobil, Mama Sindi baru saja selesai mengambil raport Adel dan Ayra.

Adel yang sedang bermain ponsel di sebelah mamanya pun memutar bola matanya malas, “Jujur aja kali. Nilai Aku jelek.”

"Nggapapa. Kan masih bisa belajar lagi," kata Mama Sindi yang tidak ingin membandingkan Adel dan Ayra. Semuanya sudah menjadi anaknya sekarang. Nilai Adel memang jauh dari nilai Ayra tapi di matanya sama saja, keduanya adalah anak perempuannya.

"Belajar yang bener, kalo mau pindah rumah yang lebih layak," timpal Kak Ervan yang sedang melajukan mobilnya keluar dari sekolah miliknya. Sebagai pemilik sekolah pun Ervan sudah melihat nilai istri dan adiknya lebih cepat dari para wali murid, memang berbeda jauh.

"Gimana gimana? Coba ulangin," kata Adel. Ia tidak salah dengan kan?

"Katanya nggak suka di rumah Ayra, kalo mau pindah ya syaratnya harus dapet nilai bagus," ulang kak Ervan. Berharap cara ini berhasil membuat Adel mau belajar yang otomatis akan membuat anak itu semakin membaik seiring banyak hal yang dipelajari.

"Yakin ya? Awas aja Lo bohongin gue lagi," ucap Adel mencondongkan duduknya ke depan, ke arah sang kakak yang sedang mengemudi.

Kak Ervan menghela napas sambil tangannya menoyor kepala adel dengan tangan kirinya. “Iya bener. Bukan nilai aja, tapi sikap juga. Sebulan, Gue kasih waktu Lo sebulan buat perbaiki nilai sama sikap lo kalau mau rumah baru.”

Adel tampak berpikir sejenak lalu mengangguk, sepertinya ia bisa mencoba walaupun sulit. Tidak apa, demi pindah ke rumah baru.

"Oke, deal ya?" kata Adel mengulurkan tangannya. Kak Ervan yang sedang menyetir pun mengangguk, sedangkan uluran tangan Adel diterima Ayra.

Lihat selengkapnya