Langit dan Adel

Rahmah Mia Amanda
Chapter #8

BAB 8. Lo Jomblo?

Adel masih menatap tangan Keyna, masih ragu karena Keyna kan pacarnya Galen. Masa Adel akur dengan pacar dari cowok yang ia suka. Namun, di luar itu Adel butuh teman, lebih tepatnya teman yang selalu ada seperti mereka, yang tanpa memandang harta atau apapun. Benar-benar tulus.

"Limited loh ini ditawarin langsung sama Keyna," kata Sherena. Meyakinkan Adel yang sepertinya masih ragu.

Adel melihat ke arah Sherena yang sedang tersenyum dan mengangguk padanya. Melihat itu, Adel pun balas tatapan Keyna yang … tulus? Adel memutuskan untuk menerima uluran tangan dari Keyna.

"Deal nih kita temenan?" tanya Keyna yang diangguki Adel. Anggukan pelan antara percaya dan tidak, kok mereka bisa sebaik ini padanya. Ini dirinya dipungut setelah dibuang oleh dua temannya? Oh my god.

"Syukuran nih abis ini, ratu buli udah jadi temen kita," ucap Sherena yang dibalas senyum tipis dari Adel. Kok dunia berubah secepat ini ya, rasanya baru kemarin masih terus berdebat di sekolah, eh sekarang sudah berteman saja. Ini seriusan Adel sudqah punya teman lagi? Jadi terha- tidak! Adel tidak akan menangis haru, hanya sedikit berkaca-kaca.

Mama Sindi yang sedang mengusap lengan Ayra pun tersenyum, perubahan Adel makin terlihat dan semakin nyata. Semoga berteman dengan teman-teman Ayra bisa membuat Adel lebih baik lagi. 

"Weh ada apa nih? Kok salam salaman gini?" tanya Zio begitu memasuki ruang rawat Ayra bersama Inti Atlansa yang lain.

"Kenalin nih, teman baru kita," kata Sherena merangkul Adel dan menunjukkannya pada sang kekasih.

Zio dan yang lain pun menyergitkan alisnya, termasuk Langit. "Kalian?" heran Zio.

Sherena, Keyna, dan Ayra mengangguk, tidak ada Zia karena Zia sekarang sudah homeschooling. “Kita temenan.”

"Yakin kalau dia nggak cuma manfaatin kalian aja?" tanya Langit. Secara Adel ini ratu buli, mana bisa dipercaya, bisa saja manipulasi kan. Adel melirik pada cowok yang mengatakan hal nyelekit tersebut, setidak meyakinkan kah dirinya? Ya memang sih, image-nya sudah sangat buruk sejak dulu.

"Kalo manfaatin ya gampang sih, tinggal tendang aja dari pertemanan kita. Kan kita menentang hal itu," kata Keyna. Karena Adel saja masih terlihat ragu dengan keputusannya, masih bisa berubah kapan saja, masih sangat labil juga, masih bisa terombang-ambing arus.

Adel jadi geram dengan Langit, dia melakukan apapun selalu salah di mata cowok tersebut, pasti mengatainya set*n lagi dan lagi. Tidak jadi ia kasihan soal luka.

"Lo harus dirawat inap?" tanya Zio pada Ayra yang masih berbaring di atas tempat tidur rumah sakit.

Ayra menggeleng, “Langsung pulang nanti.”

"Ya udah kita tungguin, sekalian nunggu korban-korban yang lain," timpal Galen memilih duduk di karpet di samping sofa. Yang lain pun mengikuti sang ketua, tidak mungkin semuanya di sofa. Karena mereka kan banyak.

"Sono duduk!" kata Langit saat Adel masih berdiri saja. Para cowok ini memang selalu mengutamakan perempuan untuk duduk di sofa lebih dulu.

Adel pun duduk bersama Sherena dan Keyna, baru setelah itu yang cowok duduk.

"Kalian ada yang kosong nggak?" tanya Kak Ervan pada teman-teman cowok Ayra.

"Kosong apanya, Pak? Kalo hatinya yang paling kosong mah Langit nih," jawab Dyu si playboy SMA Trisatya. Celetukannya berhasil membuat suasana menjadi semakin santai setelah mereka bergelut dengan ketegangan. 

"Boncengannya nanti, mau nitip Adel," kata Kak Ervan. Mengingat Ayra harus berbaring dan pasti di mobil tidak cukup nanti. Alasan juga agar Adel lebih dekat dengan mereka, sepertinya bukan hal yang buruk kalau Adel berteman dengan remaja-remaja ini.

"Langit doang sih yang kosong," jawab Galen.

Langit masih diam, masa ia boncengin Adel?

"Mau nggak, Ngit?" tanya Kak Ervan pada cowok yang ia lihat paling kalem mukanya adem sekali. 

Lihat selengkapnya