Masuknya Adel ke dalam persahabatan Keyna dan yang lain memberikaan banyak dampak baik untuk mantan ratu buli tersebut. Sekalipun masih tersisa cukup banyak sifat buruk Adel, setidaknya perubahan demi perubahan kecil itu ada. Rasa gengsi Adel juga sudah mulai menurun, sudah mau bergaul dengan orang-orang yang menurut Adel sebelumnya tidak layar bergabung dengannya.
Janji Kak Ervan pun sudah diberikan lebih awal. Tentang pindah rumah itu dilakukan lebih cepat karena Ayra hamil dan tidak mungkin Kak Ervan tega melihat istri kesayangannya berada dalam rumah kecil, rusak, dan pengap itu dalam keadaan hamil. Jadi, sejak Ayra hamil, Kak Ervan sudah membawa keluarganya ke rumah yang lebih layak huni, bukan layak huni lagi tapi rumah mewah yang Kak Ervan bangun untuk keluarganya.
Kan benar dugaan Adel kalau Kak Ervan masih menjadi sultan, hanya pura-pura miskin agar dirinya berubah. Tidak mungkin tiba-tiba sebangkrut itu.
Ternyata waktu satu bulan itu bukan hanya sekadar meminta Adel untuk bisa merubah sikapnya, tapi juga menunggu pembangunan rumah rampung. Itulah fakta yang Adel ketahui dari mamanya, berarti sekalipun ia masih menjadi Adel yang dulu, Kak Ervan akan tetap pindah rumah. Bedanya, mungkin hanya akan membawa Ayra dan Mama Sindi, Adel ditinggal, wkwk.
"Rumah baru dan semua barang-barang baru, gue nggak ijinin Lo pake barang dari papa," kata Kak Ervan pada adik satu-satunya itu.
"Kenapa? Sayang loh mahal-mahal," protes Adel. Selain mahal, branded juga, sayang kalau tidak dipakai lagi.
"Pokoknya buang semuanya, kita beli yang baru sekarang," titah Kak Ervan.
“Ini prank lagi nggak? Kalo prank lagi, gue ogah!” kata Adel, memastikan. Sebelumnya soal uang jajan masih Adel ingat ya. Tidak akan bisa dibohongi lagi.
Kak Ervan menghela napas sambil mengeluarkan sebuah kartu ATM dari dompetnya. “Ini! Belanja sana! Tapi abis selesai langsung kembaliin."
“Bukan buat gue?” tanya Adel.
“Ga. Lo masih harus dikontrol, dijatah tiap bulan ya. Ga akan dipegangin ATM yang isinya sebanyak ini,” balas Kak Ervan.
Kalau seperti ini Adel yakin kalau isi ATM-nya banyak, tidak dibohongi lagi, wkwk. “Oke. Aku belanjain sekarang, nanti pasti dikembaliin. Semoga masih ada sisa saldo pas balik.”
Nah gini maksud Adel, dibuang tapi langsung diganti yang baru. Adel mengangguk lalu dengan senang hati menerima kartu ATM tersebut kemudian menyisihkan semua barang yang dibeli dari uang papanya untuk dibuang, kan akan diganti dengan yang baru. Mungkin Kak Ervan terlalu membenci papanya sampai-sampai tidak mengizinkan ia menggunakan barang dari papa. Tidak apa, Adel malah suka karena kartu sudah di tangannya.
Kak Ervan membiarkan Adel boros? Tentu saja tidak. Ini hanya sekali sebagai hadiah untuk adiknya, setelahnya akan ia ketatkan lagi pengaturan keuangannya. Sekali-kali boleh kan? Agar Adel tidak stress.
*****
Adel yang awalnya hanya tahu kalau mama ingin sekali bercerai dengan papanya dikarenakan papa selingkuh, kini semakin terbuka pikirannya. Bukan tanpa sebab, tapi sekarang ia tahu kenapa Ayra yang masih sekolah mau menikah dengan Kak Ervan, itu semua untuk membongkar kejahatan papanya. Adel sudah semakin tahu banyak hal yang mama, kakaknya, dan Ayra lalui di belakangnya yang kemarin masih sibuk mencak-mencak dan bergelut dengan ego sendiri. Tentang kejahatan papanya dalam berbisnis, KDRT pada mama, dan yang tidak kalah membuat syok adalah setelah tahu kalau papanya adalah pembun*h keluarga Ayra. Ternyata setidak tahu apa-apa dia di dunia ini.
Tidak menyangka? Tentu saja. Adel begitu syok saat tau papanya adalah penjahat kelas kakap, membunuh dan menghancurkan perusahaan lain sudah menjadi kebiasaan Willy--papanya.
Pagi tadi diadakan persidangan untuk kasus yang sudah dilakukan Willy, dan itu banyak sekali menurut Adel. Pantas Kak Ervan selalu menolak kalau papa memberi uang, ternyata uangnya haram.
"Udah bisa terima kan kalau mama pengin banget pisah sama papa?" tanya Mama Sindi pada sang putri.
Adel yang merasa semuanya berubah dengan begitu cepat pun mengangguk, “Maafin Adel yang sempet nggak nurut sama mama.”
"Iya, Sayang. Yang penting sekarang sedikit demi sedikit diubah lagi ya sikapnya, belajar jadi orang baik," kata mama Sindi yang diangguki Adel.
Adel sudah berjanji pada dirinya sendiri kalau ia akan berubah, bukan lagi karena ingin pindah rumah, toh sekarang sudah berada si rumah mewah lagi. Namun, karena Adel percaya, jadi orang baik itu menguntungkan, jadi orang baik itu lebih bahagia. Sejak lebih dekat dengan keluarganya, ditinggal oleh dua temannya, dan kini bergabung dengan teman-teman Ayra, Adel semakin yakin untuk menjadi orang baik.