Langit membawa Adel keluar dari kantin, masa bodoh dengan tatapan heran orang-orang karena ia yang mau menolong orang yang mereka klaim sebagai anak narapidana. Seorang Langit menolong Adel? Hal yang membuat banyak sekali orang tercengang.
"Benihnya mulai tumbuh nih," celetuk Dyu saat mengamati Langit memperlakukan Adel dengan beda, bukan seperti perlakuan Langit pada cewek lain. Ini seperti … cowok yang sedang PDKT dan berusaha melindungi cewek incarannya. Langit mengincar Adel? Tentu saja tidak, aslinya Langit benar-benar hanya ingin menolong Adel sebagai manusia, manusia yang punya rasa peduli terhadap sesama manusia.
"Benih apaan, Yu?" canda Zio. Mereka baru saja mengusir siswa-siswi yang membuli Adel. Miris, ratu buli itu sekarang sudah menjadi korban buli.
"Benih lo!" sambar Dyu. Sedang mode serius juga malah bercanda.
"Tapi emang mungkin mereka pacaran? sifatnya bertolak belakang banget loh, satu kalem satunya bar-bar banget kayak mak lampir," kata Zidan. Cowok itu paham akan maksud ucapan Dyu di awal tadi, mengenai benih.
"Susah di Langit kalo mereka jatuh cinta, harus dapet restu dari Pak Ervan, berat cuy," timpal Zio. Mana Langit anaknya pasrahan banget, pasti bilangnya, ya udah lah berarti nggak jodoh. Zio sudah menebaknya, belum lagi sifat minder Langit karena faktor berasal bukan dari keluarga yang berada.
"Ya kan siapa tau, jadinya Adel nggak ngejar-ngejar Galen mulu," timpal Zio. Walaupun akhir-akhir ini Adel jarang ngejar-ngejar Galen, mungkin karena hidupnya saja sedang bermasalah sampai tidak ada aktu untuk mengejar cowok impiannya itu.
"Tapi kan Langit sukanya sama Zia," celetuk Galen membuat Zidan menatap datar ke arah sang ketua.
"Zio sih larang-larang Zia pacaran sama kita-kita, jadinya Langit diem-diem, dikiranya kita nggak tau apa," kata Dyu. Mereka tahu tapi memilih diam, dan yah Langit juga tetap diam tidak ada usaha lebih lagi.
“Biarin lah itu urusan Langit, mau dia jatuh cinta sama siapa juga terserah dia,” kata Zio sebelum mereka akhirnya menunggu Langit di salah satu meja kantin. Kenapa jadi mereka yang mikirin Langit, Langit sendiri sepertinya belum ada niat pacaran, masih sibuk mengejar prestasi.
*****
Langit memberikan baju olahraganya pada Adel yang masih menangis walaupun sudah tidak sesegukan. “Udahlah ngapain nangis.”
Adel tidak menjawab dan lebih memilih berjalan ke arah toilet cewek, Langit yang merasa kasihan pun terus mengikuti Adel. Entah kenapa tidak tega melihat Adel sendirian, takutnya dibuli lagi.
"Ngapain Lo ngikutin Gue?" tanya Adel tepat di depan toilet. Ia pikir sendirian, ternyata ada Langit di belakangnya.
"Mau mastiin lo nggak bunuh diri," balas Langit ngasal.
Adel melirik tajam pada Langit sekejap lalu masuk ke dalam toilet perempuan, Langit dengan sabar menunggu di depan. Entah kenapa Langit tidak tega meninggalkan Adel sendirian dalam keadaan seperti ini.
Ceklek.
"Kebesaran," kata Adel begitu membuka pintu toilet dan menunjukkan baju olahraga Langit yang sudah ia kenakan.
Langit mengamati penampilan Adel dari atas sampai bawah. “Nggak terlalu besar kok.”
"Ada luka nggak?" tanya Langit lagi.
Adel menunjukkan leher belakangnya yang terdapat luka baret, “Dikit doang.”
"Mau Gue obatin?" tanya Langit yang dijawab gelengan kepala dari Adel. Hanya luka kecil yang tidak seberapa dengan luka di hatinya, tidak begitu butuh obat. Tes! Tuh kan, Adel jadi cengeng.
"Lah, kalo nggak sakit ngapain nangis lagi?" tanya Langit saat Adel malah meneteskan air matanya lagi.
Adel tidak menjawab, hanya menunduk dan semakin terdengar cepat isakan yang keluar dari mulutnya yang entah kenapa tidak bisa ditahan. Hal tersebut membuat Langit yang merasa kasihan menarik kepala Adel untuk bersandar di pundaknya. Makin tumpahlah tangisan Adel begitu mendapat tempat bersandar.