Langit dan Adel

Rahmah Mia Amanda
Chapter #14

BAB 14. Ngidamnya Ayra

Dunia ini penuh kejutan.

Itulah yang Adel rasakan sekarang. Setiap harinya selalu ada hal tidak terduga yang membuatnya terkejut. Adel baru mengetahui kalau Ayra, kakak iparnya yang ia cap sebagai gadis miskin, ternyata adalah sultan. Ayra ternyata kaya raya karena merupakan seorang pewaris tunggal dari perusahaan dan rumah sakit bernama Pradipta.

Menyesal. Adel menyesal dan malu karena sudah mengatai Ayra yang ternyata kekayaannya mendekati sang kakak, Ervan.

"Kalo jodoh tuh emang gitu ya? CEO nikah sama CEO. Apa nggak makin kaya raya tuh?" heran Adel yang sedang tiduran tengkurap di atas kasurnya.

Kalau bukan karena ngidam Ayra yang selalu merepotkan Adel, Adel pasti sudah sangat sangat malu. Namun, ia masih punya muka karena Ayra masih membutuhkannya dalam hal ngidam, seperti beberapa hari lalu yang Ayra memintanya membuat rendang. Coba bayangkan! Masak rendang itu lama dan bumbunya banyak sekali, tapi Adel mau melakukannya karena tidak tega melihat Ayra yang muntah parah saat ngidamnya tidak terpenuhi.

Tok ... Tok ... Tok .…

"Siapa?" teriak Adel yang mager untuk berjalan. Rebahannya sudah sangat nyaman pula.

"Kakak! Bisa tolong keluar sebentar?" teriak Kak Ervan dari luar kamar Adel.

Menghela napas, Adel dengan terpaksa bangkit dari rebahannya untuk membukakan pintu kamar.

Ceklek.

"Apa?" tanya Adel. Tidak hanya Kak Ervan di depan kamarnya, tapi ada juga Ayra yang terlihat antusias saat ia bukakan pintu. Adel jadi curiga.

"Kakak minta tolong dong," kata Ervan.

Kan. Pasti ada maunya, dan Adel tebak ini ngidamnya Ayra lagi, tidak mungkin Adel menolak kan? “Apaan?”

"Beliin gudeg dong buat Ayra, calon ponakan lo pengin gudeg," ucap Kak Ervan.

"Gudeg doang? Bentar gue ambil kunci mobil," kata Adel akan kembali masuk ke dalam kamar, tapi Kak Ervan sudah lebih dulu menahannya. Perasaan Adel jadi tidak enak, pasti bukan sembarang gudeg, jangan bilang Ayra mau ia yang memasak gudeg!

"Belinya nggak di deket-deket sini. Ayra minta yang langsung dari Jogja, dan ... lo belinya juga nggak sendiri, ditemenin Langit," kata Kak Ervan membuat Adel melongo. Sedetail itu ngidamnya? Harus ke Jogja? Harus dengan Langit pula?

"Kak? Jangan bercanda deh!" Adel rasa itu terlalu tidak masuk akal. Apalagi dengan embel-embel Langit, seperti mak jomblang ini mah. Kemarin Dyu dan Elina, Mbak Dea dan Liam, dan sekarang ... ia dan Langit?

Kak Ervan menggeleng dengan Ayra yang sudah menunduk. Sepertinya sudah pesimis kalau Adel akan menuruti ngidamnya yang terlalu jauh, sampai luar provinsi.

"Gimana? Mau nggak?" tanya Kak Ervan.

Adel tampak berpikir, perjalanan Jakarta-Jogja kalau ditempuh dengan menggunakan mobil itu bisa sampai delapan jam, kalau pesawat dua jam, tapi Adel kan takut ketinggian, mana bisa naik pesawat.

Setelah benimbang sambil memperhatikan ekspresi memelas Ayra, akhirnya Adel mengangguk meskipun diiringi helaan napas. “Ya udah deh iya, itung-itung jalan-jalan. Nungguin Kak Ervan akhir bulan bisa sampe akhir tahun nggak berangkat liburannya.”

"Beneran nih?" tanya Ayra dengan mata yang semula memelas kini berbuah jadi berbinar, pasti senang karena ngidamnya akan keturutan.

Adel menganggukkan kepalanya. “Iya, asalkan pake mobil.”

Kak Ervan tahu kalau adiknya ini takut ketinggian, entah sampai tahap phobia atau tidak karena Adel masih bisa naik pesawat walaupun pada akhirnya tubuh Adel bergetar, pucat, dan kadang sampai demam saking takutnya. Kalau tidak ingin-ingin banget, Adel sangat menghindari naik pesawat. Del, padahal kakakmu punya pesawat pribadi.

"Nanti gue hubungin Langit, mau minta tolong juga ke dia," kata Kak Ervan. Adel mengangguk saja, sepertinya tidak terlalu buruk walaupun liburan dengan orang yang tidak dekat dengannya sama sekali.

"Uang saku jangan lupa," kata Adel yang diangguki Kak Ervan.

"Udah gue kirim sepuluh juta ke rekening lo," kata Kak Ervan lalu mengecup kening Adel, membuat Adel terbengong karena ini pertama kali ia mendapatkan hal demikian dari sang kakak. Manis dan menghangatkan hatinya.

"Makasih ya Del, udah mau nurutin keinginan aneh gue," kata Ayra tulus lalu memeluk sang adik ipar.

Adel yang semula masih terbengong pun kini menyadarkan diri, membalas pelukan Ayra, “Sama-sama.”

Setelahnya, Kak Ervan dan Ayra kembali ke kamar karena akan menghubungi Langit, tanpa sadar Adel mengangkat kedua ujung bibirnya membentuk sebuah senyum manis. Selain karena uang saku 10 juta itu, juga karena perlakuan manis kakak dan kakak iparnya.

"Jadi gini rasanya seneng setelah berbuat baik?" lirih Adel.

"Jogja, I'm cooming!" kata Adel lalu masuk kembali ke dalam kamar.

*****

"Masak masak sendiri, makan makan sendiri, nguci baju sendiri, tidur pun sendiri," nyanyi Dyu saat sedang membersihkan basecamp Atlansa bersama teman-temannya.

"Lebay! Orang nyapu doang juga," balas Zio yang sedang ngepel di belakang Dyu. Nyanyian Dyu itu hiperbola.

"Gal! Istri-istri kita pada ke mana sih?" tanya Dyu pada sang ketua yang sedang memegang kemoceng, tentunya untuk membersihkan debu yang menempel di barang-barang Basecamp.

Galen melempar kain lap yang ada bahunya pada Dyu, tepat mengenai wajah tampannya. “Istri istri apaan? Para Angel lagi sibuk semua.”

Lihat selengkapnya