#Bela POV
Sejak kecil, hidup gue udah sulit. Bapak yang selalu gagal dengan usahanya dan ibu yang cuma buruh jahit, membuat kami mengalami kesulitan finansial. Sejak itu, cita-cita gue cuma satu, hasilin uang banyak dan bawa keluarga gue keluar dari zona 'susah'. Makanya saat ada tawaran jadi bintang iklan, gue terima dengan antusias. Itu lah awalnya kenapa gue bisa masuk dunia hiburan. Gue lebih memilih langsung kerja dibanding harus kuliah.
Setelah berhasil, dan banyak tawaran main film, penghasilan gue per bulan naik, perlahan gue bisa bantuin ibu bayar hutang bapak. Gue selalu bekerja keras. Jadi apa yang gue mau dan buktiin ke semua orang yang udah rendahin gue kalau gue bisa sukses. Sekarang satu-persatu harapan itu terkabul. Gue udah bisa bawa keluarga keluar dati zona susah, gue juga udah bisa buktiin ke orang-orang yang rendahin gue dulu, kalau gue mampu, tapi ternyata itu semua membuat gue kehilangan banyak waktu di rumah. Gue enggak bisa tumbuh bersama Giandra, adik gue satu-satunya. Umur kita beda tujuh tahun, itu juga yang mungkin membuat kami jadi sama-sama canggung kalau bertemu.
Alasan gue nginep di rumah ini pun cuma satu, gue merasa kesepian. Gue merasa selama ini gue tuh udah pergi jauh dari keluarga. Gue selalu kerja, kerja dan kerja. Banyak banget moment yang gue lewatin, tapi gue enggak nyesel. Gue harus bangkit dan berjuang untuk masa depan gue.
"Bela. Kita ulang sekali lagi ya?"
Gue mengela nafas panjang. Udah ribuan gaya gue coba, tapi mereka tetap minta untuk diulang lagi. Gue menghilangkan ego, bagaimana pun gue dibayar untuk menjadi wajah dari produk ini. Gue kembali tersenyum sambil memegang minuman kaleng berisi soda.
"Satu.. dua... tahan..."
"Sekali lagi, satu... dua... tahan..."
"Oke! GOOD!"
Gue tersenyum lega. Akhirnya selesai juga. Gue buru-buru membereskan semua barang gue dan bergegas pulang. Ibu pasti sudah masak, gue enggak mau ketinggalan makan malam bareng keluarga.
*****
Sesampainya di rumah. Ibu langsung mengambil semua barang yang gue bawa dan menyuruh gue untuk cuci tangan. Kebiasaan ibu sejak dulu. Gue buru-buru cuci tangan dan langsung ambil nasi dan temannya dengan porsi banyak. Setelah beres makan, gue merasa sangat kembung, rasanya seperti jadi balon gas.
"Kamu kenapa?" Tanya Ibu cemas.
"Bu. Kayanya aku kembung deh. Tadi minum banyak soda."
"Lagian pake minum soda banyak-banyak." Komentar Giandra.
"Kakak habis syuting minuman soda. Ya mau enggak mau diminum."
Ibu mendekat ke arah gue. Dia mengelus bagian belakang tubuh gue. Walaupun sebenarnya tidak ada pengaruh besar, gue tetap merasa hangat. Gue bersyukur, masih bisa rasain kasih sayang ibu.
"Nih minum." Giandra tiba-tiba menyodorkan gelas berisi air hangat. Gue terkesima. Dia yang terkesan cuek sama gue ternyata bisa perhatian juga.
"Aduh bapak doain aja deh ya. Semoga kembung kakak bisa hilang."
Kami semua tertawa mendengar doa bapak. Gue tersenyum bahagia. Gue janji, gue akan bekerja keras untuk mereka.
*****
#Giandra POV
Kembung? Ini adalah hal konyol yang pernah aku dengar darinya. Ternyata artis bisa kembung juga. Tapi kalau dipikir lagi, dia melakukan semua ini salah satunya untuk membantu ibu melunasi hutang bapak. Juga buat biaya hidup aku, ibu dan bapak. Dia benar. Kenapa juga aku harus membencinya. Tidak mungkin hanya karena masalah di SMP itu aku jadi membencinya. Perlahan tanganku terulur untuk memberikan air hangat kepada Kak Bela.
Aku melihat wajahnya yang terkejut. Sebenarnya bukan hanya dia yang seperti itu. Aku pun merasa terkejut dengan apa yang aku lakukan.
Selesai makan malam. Seperti kemarin lagi, aku langsung pergi ke kamar. Rebahan setelah makan itu benar-benar nikmat. Tak lama berselang, Kak Bela meminta izin untuk masuk ke kamarku. Dia langsung masuk tanpa mendengar dahulu apa aku mengizinkannya atau tidak.
"Kenapa?"
"Gi. Hari sabtu kamu libur kan?"
"Iya. Kenapa?"
"Ikut yuk. Aku mau baca script loh sama pemain OLH."
Tawaran yang mengiurkan. Aku mengubah posisiku menjadi duduk.
"Emang boleh?"
"Boleh lah. Kamu tahu Saka kan? Saka yang bakal jadi lawan main aku."
Saka? Saka Aditya? HAH! YANG BENAR SAJA. PEREMPUAN MANA YANG TIDAK SUKA SAKA!!!
Aku pura-pura menimbang.
"Tumben baik sama aku?"
Kak Bela terlihat tidak setuju dengan pertanyaanku barusan, terlihat jelas dari raut wajahnya.
"Gi. Aku masih sama kali. Aku Bela yang dulu berangkat sekolah bareng kamu."
Aku menghela nafas. Sebenarnya aku pun tidak tahu mengapa kata-kata itu yang keluar dari mulutku. Mungkin karena aku terlalu senang atas ajakannya itu tapi di satu sisi, aku merasa malu kalau terang-terangan terima ajakan Kak Bela.