Sebenarnya aku tidak ingin memposting foto kemarin. Aku takut kalau orang menilaiku pamer, jadi kuputuskan untuk menjadikan fotoku dan Kak Saka sebagai konsumsi pribadi. Namun pagi ini Kak Bela memaksaku untuk merepost postingannya. Di foto itu aku sedang dirangkul oleh Kak Saka. Dengan berat hati aku, aku mengikuti kemauannya.
Pagi ini aku diantar Kak Bela, katanya ada yang harus dia urus. Aku berpamitan dengan Kak Bela saat sudah sampai di depan gerbang sekolah.
Baru saja memasuki gerbang. Aku melihat banyak orang yang melihatku. Saat kulihat balik, mereka malah melempar senyum kepadaku. Tentu saja aku heran, biasanya mereka tidak peduli padaku.
"Giandra!" Panggil Desi saat aku memasuki kelas.
Desi menghampiriku. "Gila lu enak banget."
Aku langsung mengerti maksud Desi. Aku tertawa dibuat-buat.
"Lu tuh harusnya bersyukur. Punya kakak artis terkenal, banyak yang suka."
Aku melirik Desi. Saat kucerna kalimatnya barusan, aku jadi berpikir. Mungkin dia ada benarnya, seharusnya aku bersyukur bukan malah membenci Kak Bela hanya karena dia berbeda denganku.
Sepanjang pelajaran ini. Aku jadi merenungi perkataan Desi. Mungkin kah selama ini aku hanya iri padanya? Aku hanya tidak suka saat dia lebih disayang oleh ibu dibandingkan aku. Aku tidak suka saat dia dengan mudah mendapatkan perhatian dari banyak orang. Sebenarnya waktu SMP, aku pernah menyukai seseorang. Saat dia tahu aku adalah adiknya Anabela dia jadi berubah baik kepadaku. Aku selalu berpikir bahwa dia menyukai juga, tapi ternyata dia hanya memanfaatkanku. Dia itu salah satu fansnya Kak Bela. Dia mendekatiku hanya untuk bertemu Kak Bela. Mulai hari itu juga, aku jadi tidak suka jika ada dia di rumah.
"Woy ngelamun mulu perasaan." Suara Desi membuyarkan lamunanku.
"Mau makan apa, Neng?" Tanya Desi mengikuti Teh Dinar, penjaga kantin.
Aku tertawa. "Kayanya mie ayam enak deh."
"Yaudah. Yuk! Aku juga."
Saat aku mengantre. Dari ekor mataku, aku melihat Ghani berada di belakangku.
"Des..." Semoga Desi paham dengan kode ini.