Langit dan Bumi

Arum Gandasari NK
Chapter #8

8. Masalah lama yang datang kembali

Pernah kah kalian bangun tidur dengan hati berbunga? Ini yang sedang kurasakan sekarang. Ketika aku bangun tidur, bayangan hari kemarin selalu terlintas. Aku melihat tangan kananku yang kemarin sempat dipegang oleh Ghani. Ahhhhhhh... Aku tidak bisa menahan senyumku lagi. Ini gila, aku merasa hampir gila sekarang. Kalau kasurku bisa bicara, mungkin dia sudah marah sejak tadi.

Brakkk...

Suara pecahan kaca membuatku refleks bangun dari kasur. Sepertinya suara itu datang dari luar. Aku mengintip dari pintu kamarku. Di ruang keluarga sudah ada bapak dan ibu yang sepertinya sedang bertengkar. Tak lama kemudian Kak Bela keluar dari kamarnya.

"Ibu kenapa?" Tanya Kak Bela yang melihat ibu sedang menangis.

"Tanya bapak kamu."

"Pak?"

Bapak menundukkan kepalanya sangat dalam. "Bapak cuma pinjam, Bu. Nanti dikembalikan."

"Mau dikembalikan pakai apa, Pak? Bapak udah ketipu. Gimana caranya balikin uang ibu?"

"Bapak bisa kerja nanti."

Ibu tidak lagi menanggapi bapak. Ibu hanya diam saja. Aku tidak tahu masalah sebenarnya apa, tapi bapak sudah melakukan banyak kesalahan sebelum ini. Bapak pernah memakai uang tabungan ibu untuk memulai usaha tambal ban. Sudah satu tahun berlalu, usaha apak itu tidak berkembang bahkan bangkrut, ternyata saat itu bapak berbohong kepada kami, usaha tambal bannya terpaksa ditutup karena bapak tidak pernah jaga di sana, bapak melimpahkan semua kepada temannya, sedangkan bapak bersantai di warung kopi sambil bermain kartu. Pernah juga bapak meminjami uang hasil kerja keras Kak Bela kepada temannya, namun sampai sekarang temannya itu tidak pernah mengembalikan uang itu.

Kak Bela mengambil buku tabungan di tangan ibu.

"Ini tinggal satu juta bu?"

Ibu memejamkan matanya. Tidak menjawab, tapi dari ekspresi ibu tentu Kak Bela tahu jawabannya.

"Kenapa sih, Pak? Kenapa bapak enggak belajar dari kesalahan. Tujuh puluh lima juta bukan uang yang sedikit. Ibu sengaja tabungin semua uang dari aku buat kuliah Gia nanti. Ibu bahkan nolak saat aku mau beeliin mobil, karena ibu pengen uangnya buat Gia nanti. Bapak enggak tahu kan kalau Gia mau jadi dokter nanti? Kuliah dokter itu enggak murah pak." Amarah Kak Bela kepada bapak.

"Kamu kan banyak uang Bela. Kamu bisa biayai adik kamu nanti."

"Pak. Gia itu anak bapak. Bukan anak Bela. Sudah seharusnya bapak yang bertanggung jawab atas pendidikan Gia, pendidikan aku. Aku bahkan relain kerja keras dan enggak lanjut kuliah, buat bantu ibu melunasi hutang bapak. Kenapa sih bapak enggak pernah berubah?"

"Kamu benar. Bapak memang enggak sanggup membiayai pendidik kalian. Bapak memang bapak yang tidak bertanggung jawab. Bapak, bapak yang buruk buat kalian."

Hatiku mengecil. Jadi selama ini ibu menyiapkan pendidikanku. Perlahan air mata turun dari mataku. Kenapa bapak tidak berubah juga, tapi bagaimana pun dia adalah bapakku. Aku kembali ke kasur dan mengubur diriku di dalam selimut. Aku kecewa pada hidupku. Mengapa menjadi manusia harus sesulit ini?

*****

Suasana di rumah ini sedikit menengang. Kak Bela pergi entah ke mana, bapak pun tidak ada di rumah. Ibu sedari tadi mengurung diri di kamar. Aku memutuskan untuk pergi keluar. Sepertinya makan es krim akan meringankan pikiranku sedikit.

Lihat selengkapnya