Jika hari yang dijalani kemarin hari yang indah, maka hari ini akan menjadi hari yang lebih indah. Aku sudah tidak sabar, mendapatkan kesenangan yang lain hari ini. Aku bersenandung kecil saat keluar kamar, tidak sabar untuk segera datang ke sekolah.
"Wah anak bapak kok cerah baget hari ini." Kata Bapak seusai meneguk kopinya.
"Tiap hari aku cerah, Pak." Aku menyembunyikan senyumku, tidak ingin bapak tahu kalau aku sedang kasmaran.
"Iya deh iya."
Aku langsung menyosor goreng tahu di depanku. Tidak lama berselang, aku mendengar ponselku bergetar.
Dari : Ghani
Aku udah di jalan depan rumah kamu.
Panik, aku harus apa. Aku tidak tahu kalau Ghani akan menjemputku hari ini. Atau lebih tepatnya ingin berangkat sekolah bersama denganku. Aduh bagaimana ini, mana aku belum sarapan.
"Aku berangkat ya!" Kataku sambil mencium tangan bapak lalu berlari mencium tangan ibu.
"Eh kok enggak sarapan dulu?"
"Nanti aja, udah telat." Teriakku.
Aku tahu bapak dan ibu pasti membicarakan keanehanku. Aku tidak peduli, yang penting bapak dan ibu tidak tahu kalau Ghani sudah menunggu di depan jalan.
Seperti hari kemarin, saat menghampiri Ghani, aku didera kegugupan yang luar biasa. Tarik nafas, buang. Tarik... buang...
"Hai!" Sapa Ghani saat melihatku.
"Hai." Duh, mengapa suaraku jadi kecil begini. Tidak terlihat kalau aku sedang gugup kan?
"Yuk."
Aku mengangguk. Ahh Desi, bagaimana reaksinya nanti ya saat melihat aku berangkat sekolah bersama Ghani.
Pagi yang cerah bersama dengan masa depan yang cerah. Bagaimana bisa aku menyembunyikan senyumku kalau seperti ini terus. Walau disepanjang jalan Ghani tidak bersuara, tapi dengan dia menjemputku saja aku sudah sangat senang.
Saat sampai di depan kelas, Desi ternyata baru sampai juga. Kami berpapasan di pintu masuk.
"Cie barengan sama Ghani ya dari pintu gerbang?" Bisik Desi di telingaku.
Mendengar perkataan Desi itu membuatku jadi senyum-senyum sendiri.
Aku mengangguk. "Dari rumah."
"HAH?!"
Aku menutup mulut Desi. DASAR TOA.
"Syutt, berisik Desi."
"Kok bisa?"
Aku melihat raut wajah Desi yang bertanya-tanya. Aku mengangkat kedua bahuku. Lalu melanjutkan jalan ke dalam kelas.
"EH TUNGGU GIA. MAKSUDNYA APA?"
Perubahan suasana di luar dan di dalam sangat terasa. Mata Sarah langsung mengintimidasiku ketika aku sudah masuk ke dalam. Aku yang merasa tidak bersalah, masuk tanpa merasa berdosa.
Desi menyusulku. Sepertinya dia pun merasakan apa yang aku rasakan.