Warna kemerahan bercampur jingga mulai nampak menghiasi cakrawala. Mentari sudah condong di ujung Barat, ia segera pulang ke peraduannya. Begitu juga denganku, aku hendak pulang ke rumah. Setelah melewati hari yang panjang, bekerja kemudian lanjut berkuliah yang selesai pukul 5 sore tadi.
Jalanan dipenuhi oleh angkutan kota, truk dan banyak motor. Asap kendaraan tak bisa lagi kuhindari, terlebih diriku yang sedang duduk di jok motor, memegang kedua setang, menanti lampu merah berganti menjadi hijau.
Namaku Langit, pemuda berusia seperempat abad yang gemar menonton animasi Jepang dengan berbagai genre. Aku memiliki kekasih bernama Kiara yang tengah menempuh studi master di Negeri Sakura. Sehari-hari aku bekerja sebagai pembuat roti dan donat di toko roti milik Bu Galuh. Sejak tahun lalu, aku juga mulai berkuliah di sebuah kampus terbuka di kota Bogor. Bekerja sambil kuliah, begitulah aku. Oya, aku juga mengajar les beberapa siswa. Sejak Kiara berangkat ke Jepang akulah yang menggantikannya mengajar.
Kuning. Hijau!
Aku segera tancap gas, meluncur kecepatan yang diizinkan, sebelum klakson mobil dan motor bersahut-sahutan tak sabaran di belakangku.
Jalanan mulai terasa lengang begitu aku memasuki jalan kecamatan, hingga akhirnya sampai pada jalan yang belum beraspal. Rumahku ada di ujung jalan ini.
Sampai di rumah, setelah memarkir motor di halaman aku segera masuk. Langit sudah sepenuhnya gelap, sinar bulan sabit bersama gemintang sudah berada di sana, menjadi sumber cahaya malam setelah mentari berpulang.
Aku segera membasuh sekujur tubuh, lantas segera bergabung dengan adik, ayah dan ibuku makan malam bersama.
“Besok masih ada kuliah, Lang?” tanya ibu memecah keheningan diantara kami berempat yang masih sibuk dengan piring masing-masing.
Aku menggangguk.
“Jangan terlalu capek, Lang.” Ucap Ibu yang kemudian melanjutkan makannya. Aku membalas ucapan ibu hanya dengan sebuah anggukan.
Hening terjadi hingga semua makanan di piring masing-masing tandas. Selesai makan malam, aku segera pun pergi ke kamarku.
Aku meraih sebuah meja kecil yang kuselipkan di dekat kasur, lantas membukanya.
Tanganku cekatan meraih ranselku, mengambil laptop disana. Ada hal besar yang harus kulakukan malam ini.
Aku membuka laptopku cepat. Di sana, segera kubuka mesin pencarian. Ada rencana besar yang hendak aku susun mulai malam ini dengan cermat.Aku pun mulai mencari hal-hal yang perlu disiapkan untuk keberangkatan ke Jepang, Negeri asalnya Naruto, animasi Jepang yang sangat terkenal semasa aku sekolah dasar bahkan hingga diusiaku yang sekarang.
Di sebuah blog pribadi milik orang tertulis tahapan hendak pergi ke Jepang dengan tujuan liburan. Menurut blogger tersebut, yang pertama aku butuhkan adalah paspor, sebagai identitas internasionalku. Selanjutnya tiket pesawat kemudian visa izin masuk ke Jepang.