Langit Di Negeri Sakura

Harmony Adi
Chapter #4

03 Cinta untuk Cita-Cita

Pukul tujuh malam tepat.

Aku sudah di kamarku. Aku sudah menyelesaikan urusan mengisi perut dan membersihkan badan. Kini aku berada di kasur membuka laptop berukuran 11 inci dan mulai mengerjakan makalah yang mesti dikumpulkan besok.

Buku yang tadi kupinjam di perpustakaan pun telah terbuka bersebelahan dengan posisi laptopku sekarang.

Hampir satu jam berlalu, ditemani alunan lagu yang sengaja aku putar di laptop dan secangkir kopi susu, akhirnya selesai juga makalahku.

Aku meregangkan otot-otot leherku sejenak. Kemudian kembali memeriksa dari cover hingga lampiran. Memastikan tidak ada kesalahan ketik.

Deringan ponselku menyaingi lagu yang berputar. Mataku melirik ke layar ponsel. Kiara meneleponku. 

Aku mengangkatnya cepat, lalu kuletakkan di layar laptop agar wajahku terlihat di kamera.

“Halo Langit!” sapanya ramah. Wajah manisnya terlihat jelas dihiasi handuk dikepalanya. Nampaknya ia baru selesai mandi.

“Halo Kiara! Kamu sudah makan malam?” sapaku balik.

Ia mengangguk. “Sudah.” jawabnya.

“Makan apa?” tanyaku balik sambil meraih sebuah bantal lalu kuletakkan di pangkuanku.

“Miso sup.” Jawabnya. Sebelah tangannya mengusapkan handuk ke rambutnya yang basah.

 “Langit hari ini kuliahnya gimana? Hari ini jadwal kerjamu masuk pagi juga ‘kan? Capek dong kamu.” keningnya nampak berkerut. Sebelah tangan pun ia gunakan untuk menyangga dagunya.

Aku menggeleng. “Gak apa-apa, kok Ki. Kamu juga capek bukan? Hari ini ke pantai lagi. Itu bukan liburan kan?” tanyaku menyelidik.

Ia terkekeh. “Langit tahu aja!” jawabnya.

“Nah kan. Kiara gak bisa bohong ke aku.” kataku bangga.

“Iya memang. Oya, kamu ada tugas makalah tadi ‘kan? Udah selesai?” tanyanya.

“Sudah.” Jawabku diiringi anggukan tegas.

“Baiklah. Jadi Kiara enggak ganggu Langit ya!” ucapnya riang.

“Iyalah. Kamu jangan sungkan begitu, Ki.”

“Ya soalnya kita dulu kan pernah..”

“Kiara.. itu dulu. Udah lebih dari lima belas tahun, juga. Kamu ini masih aja..” kataku menyelang ucapannya. Aku sungguh tak ingin percakapan ini berlanjut kesana. Ke arah yang justru menyakiti perasaan Kiara. Juga tentunya perasaanku yang tadi lebih dulu hampir meledak akibat Arie menggodaku.

“Iya sih..” ucapnya dengan tatapan kosong.

Hening terjadi. Di layar ponselku masih tampil wajah Kiara dengan rambut panjangnya. Ia tak mengatakan apapun.

“Kiara?” panggilku dan ia buru-buru menoleh lalu kembali tersenyum.

“Kamu kenapa? Capek?” tanyaku lagi.

“Sedikit, Lang. Oiya, aku mau kasih tau ke Langit. Tadi sepulang dari pantai aku mampir ke minimarket. Nah ternyata di kasir aku lihat gantungan kunci karakter anime kesukaanmu. Jadilah aku beli.” Ucapnya yang kemudian menunjukkan sebuah gantungan kunci Mikasa, tokoh favoritku di serial anime Attact on Titan.

“Wah keren Ki!” pujiku.

Desune[1]? Tadi aku jadi ingin cari Sasuke atau Mitsuki tapi ternyata gak ada.” Katanya yang kemudian sebelah pipinya menggembung. Ia pasti kecewa tak menemukan karakter favoritnya, tetapi justru menemukan karakter favoritku.

“Cantik ya.” Kataku memandang wajah Kiara yang manis.

“Eh? Mikasa bukannya tokoh laki-laki? Kok cantik?” tanyanya bingung.

Tawaku pecah mendadak hingga air mataku keluar.

“Ih Langit kenapa ketawa? Aku mestinya yang ketawain kamu!” ucapnya dengan kening berkerut.

Lihat selengkapnya