Langit Di Negeri Sakura

Harmony Adi
Chapter #9

08 Semangat dari Ibu

Malam itu aku sudah selesai makan malam dan mandi. Kini, aku telah duduk bersama laptopku di meja kecil. Malam ini, aku berencana untuk mempersiapkan semua dokumen yang kuperlukan untuk pengajuan paspor.

Sebelum makan malam tadi, aku sudah membuat reservasi waktu dan tanggal untuk datang ke kantor imigrasi. Beruntunglah aku tidak langsung pergi ke kantor imigrasi, aku mengecek di internet kalau harus membuat reservasi barulah bisa datang mengajukan pembuatan paspor.

Rabu minggu depan adalah jadwalku untuk pergi datang ke kantor imigrasi. Mulai malam ini dokumen harus segera siap. Semangat Langit! Langit menuju Negeri Sakura!

Aku menulis dalam sebuah sticky notes di map plastik dokumen apa saja yang diperlukan. Ada empat dokumen yang diperlukan, yaitu e-KTP, akta kelahiran, kartu keluarga (KK), dan formulir. Kali ini aku mesti minta KK pada ibu.

Dengan kecepatan kilat aku beranjak dari kasur menuju kamar ibu dan ayah.

Aku melihat hanya ada ibu disana sedang menata bantal dan seprai kasur. Ayah sepertinya sedang keluar.

“Bu..” panggilku seraya mendekat pada ibu yang baru selesai memasang seprai. Ibu pun menoleh seraya membalikkan badannya.

“Kenapa Lang?” tanya ibu.

“Langit mau pinjam KK buat difotokopi.” Jawabku.

“Ada di lemari, Lang. Ambil aja.” Ucap ibu santai sembari kembali menata bantal satunya.

Aku bergegas mendekati lemari, membukanya dan mengambil berkas yang ada dalam map itu. Yosh! Aku mendapatkan kartu keluarga!

“Mau buat apa, Lang KK?” tanya ibu dan bak ada petir menyambar. Aku lupa harusnya aku mengambil ini diam-diam.

“Buat daftar, bu.” Ucapku sambil menunduk sambil perlahan meletakkan map kembali ke lemari. “Langit ke kamar duluan ya, bu.” Ucapku lagi seraya melangkah menuju daun pintu dengan agak cepat.

“Langit..” panggil ibu perlahan.

Aku diam mematung di daun pintu memunggungi ibu. Aku tidak tahu apa yang mesti kulakukan sekarang. Apa yang mesti kukatakan pada ibu?

“Lang..” panggil ibu lagi yang nampaknya sosoknya mulai mendekat ke arahku.

“Langit mau daftar apa? Ibu gak boleh tahu?” tanya ibu yang kini tepat berada di belakangku.

Lihat selengkapnya