Langit Di Negeri Sakura

Harmony Adi
Chapter #11

10 Kecelakaan

Aku sudah memiliki e-paspor sekarang. Sejauh ini hanya ibu yang tahu tentang rencanaku. Kini, masih ada waktu sekitar tiga bulan lagi menuju bulan kelulusan Kiara. Aku juga sudah mendapat informasi dari Kiara kapan kira-kira ia melangusungkan upacara wisuda. Yap! Semakin dekat!

Sore itu aku selepas kuliah aku langsung tancap gas menuju rumah Faza dan Faras. Hari-hariku terasa lebih riang sejak aku memiliki e-paspor. Bagiku, salah satu tiket besar untuk menemui Kiara sudah dalam genggamanku.

Langit mendung menghalangi sinar lembayung yang indah, tetapi hatiku tetaplah riang. Aku akan berangkat ke Negeri Sakura. Semakin senang karena aku mampu menabung lebih banyak di tiga bulan terakhir.

Seperti biasa Faras menyambutku riang, dan kami bertiga mulai belajar yang kali ini adalah untuk persiapan ulangan harian mereka. Kedua kakak beradik ini langsung fokus mengerjakan soal latihan yang sudah kubuat semalam.

Hening terjadi. Aku hanya memperhatikan dua anak yang sibuk dengan kertas dan pensil masing-masing.

Ditengah hening itu tiba-tiba ponselku berdering. Tidak biasanya ada panggilan masuk di waktu seperti ini.

Aku meraih ponselku cepat di tas selempangku. Disana tertulis nomor tidak dikenal. Dengan cepat aku pun menempelkannya ke telinga.

“Halo.” Ucapku.

“Halo. Langit? Ini Diani.” Balasnya.

“Ah, kak Diani. Ada apa kak?” tanyaku.

“Kamu dimana Lang? Sekarang kamu mesti ke rumah sakit.” Jawab kak Diani.

“Siapa yang sakit kak?” tanyaku cepat. Dadaku mulai berdegup. Rasa khawatir mendadak menjalar di seluruh tubuhku.

“Ayahmu. Beliau kecelakaan. Sekarang sudah masuk IGD. Kakak kebetulan lewat lihat kerumunan di jalan, saat kakak tengok ternyata ayahmu.”

“Kakak dimana? Rumah sakit mana?” tanyaku cepat. Astaga aku benar-benar panik sekarang.

“PMI, Lang. Kamu dim..”

“Aku segera kesana kak! Mohon tunggu saya sampai saya datang.” Kataku yang segera menutup telepon.

Ayah kecelakaan. Astaga aku sungguh tak terbayang bagaimana keadaannya sekarang. Yang jelas, aku sangat khawatir.

“Kak Langit kenapa?” tanya Faras. Ia menatapku penuh tanya.

“Ras, Za, aku mesti pergi dulu. Ayahku kecelakaan. Sekarang di IGD, tadi kakak kelasnya Kiara kasih tahu aku.” Jawabku.

“Ya ampun kak! Ya udah, kakak ke sana dulu. Kami bisa kerjakan ini sendiri.” Ucap Faras.

“Maaf banget kalian!” kataku yang kemudian membereskan alat tulisku.

“Hati-hati kak. Semoga gak kenapa-kenapa ayah kakak, ya.” Ucap Faza yang kini aku sudah beranjak.

“Kak Langit hati-hati!” ucap mereka berdua saat mengantarku sampai ke gerbang rumah.

Aku mengangguk seraya memakai helm dan jaket cepat, lantas tancap gas secepat kilat menuju RS PMI.

Jalanan siang hari lumayan padat. Aku sampai di PMI dua puluh menit kemudian. Saat sampai aku segera menuju lobi, disana aku melihat kak Diani sedang menunggu sendirian.

“Kak Diani!” panggilku padanya dan ia langsung melangkah ke arahku.

Lihat selengkapnya