Aku dan kak Diani sudah selesai makan. Kami kembali menunggu di ruang tunggu. Tak lama kemudian, ibu pun datang.
“Ibu..” panggilku saat ibu memasuki lobi dan menoleh ke sana-sini.
“Langit!” ibu menghampiriku cepat.
Ia memelukku erat.
“Maafkan ibu baru datang.” Ucapnya seraya melepas pelukannya.
“Gak apa-apa, bu. Ada Langit dan Kak Diani disini.” Kataku sambil tersenyum.
“Makasih ya, nak Diani.” Ucap ibu pada kak Diani.
“Sama-sama, bu. Saya hanya membawa beliau kemari, sisanya diurus oleh Langit.” Ucap kak Diani ramah ia sudah berdiri di belakangku.
Tiba-tiba, pintu ruang operasi terbuka. Mataku langsung terbuka lebar. Dadaku mendadak berdegup cepat.
Seorang berpakaian putih keluar dari sana bersama beberapa orang berpakaian hijau.
“Operasinya berhasil. Bapak sudah melewati masa kritisnya, kini ia perlu berisitirahat sementara waktu.” Ucapnya ramah.
“Syukurlah. Makasih, dok.” Kataku yang tak bisa lagi menahan air mata.
“Terima kasih, dok.” Ucap ibu yang juga turut menangis.
“Sekarang beliau istirahat dulu, esok pagi baru boleh dijenguk. Setelah ini kami akan segera pindahkan beliau ke ruang inap.” Kata dokter lagi.
“Baik, dok. Terima kasih.” Kataku seraya mengangguk.
“Sama-sama. Saya pamit dulu. Mari.” Ucapnya kemudian mengangguk ramah lantas berlalu pergi.
“Bu, sekarang pulang ya. Biar kita istirahat juga. Besok kita baru jenguk ayah.” Ajakku pada ibu.
“Kalau gitu, aku juga balik ya, Lang.” kata kak Diani.
“Terima kasih banyak kak. Kakak pulang dengan apa?” tanyaku.
“Tenang. Aku panggil ojek online aja. Rumahku ‘kan gak jauh dari sini, Lang.” Jawabnya seraya mengeluarkan sebuah ponsel dari tasnya.
“Ibu, saya pamit ya. Salam buat bapak, semoga lekas sembuh.” Ucap kak Diani seraya menyalami ibu.