Dua tahun kemudian. Kiara sudah kembali ke tanah air, ia kini telah menjadi dosen di kampus saat ia S1 dulu. Sementara, aku pun akhirnya lulus dari kampusku. Kini, aku sudah menjadi seorang sarjana.
Tepat hari ini adalah hari yang sangat istimewa. Hari yang sudah sama-sama ditentukan oleh keluargaku maupun keluarga Kiara. Hari yang telah dinanti-nanti sejak kepulangan Kiara dua tahun silam.
Hari ini kami akan menikah. Hari ini juga status kami berubah, semula lajang menjadi seorang suami dan istri. Aku takkan jauh-jauh lagi dengan Kiara, kami akan selalu menjadi teman sehidup semati.
Sedari pagi aku sungguh gugup. Dihadapan banyak orang nanti aku akan membacakan ikrar suci pernikahan dengan lantang dan tegas. Namun, gugupku sirna saat Kiara datang dengan tampilan yang ribuan kali lebih menawan dari biasanya. Entah itu karena tatanan rambutnya, riasan wajahnya ataupun karena gaunnya, yang jelas Kiara bak bidadari utusan nirwana bagiku. Dia sungguh cantik nan anggun.
Pernikahan kami berlangsung meriah dan ramai. Banyak teman-teman dan tamu yang datang. Bahkan, Satoshi jauh-jauh datang untuk melihat resepsi pernikahan kami. Cuaca hari ini juga cerah, biru berhiaskan awan-awan tipis nampak menghiasi cakrawala. Sungguh, aku merasa dihujani oleh anugrah yang tiada dua.
Semua orang tersenyum bahagia. Tentu saja aku dan Kiara juga, sebagai pemeran utama dari kebahagiaan hari ini.