Angin malam berhembus lembut di atas puncak Gunung Eirenthia. Di sana, langit tampak aneh—seolah dua dunia bertemu tanpa benar-benar menyatu.
Di sisi timur, biru lembut berkilau seperti samudra tenang. Di sisi barat, merah senja membara, seolah menyimpan sisa kemarahan matahari.
Dan di garis pertemuannya, cahaya keperakan menari seperti tirai aurora, menandai batas antara dunia manusia dan dunia roh.
Elyra berdiri di tepi jurang itu, jubah putihnya melambai tertiup angin. Gadis itu adalah Putri Kerajaan Arvenia, pewaris darah kuno yang diyakini membawa keseimbangan antara dua dunia.
Namun malam itu, ia bukan hanya seorang putri — ia adalah jiwa yang gelisah mencari makna keberadaannya.